Jakarta, (ANTARA News) - Untuk memenuhi kebutuhan garam dalam negeri yang masih bergantung pada impor, Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun bersama PT GARMAN (Persero) melakukan penjajakan kerjasama dengan China Salt Industry Coorporation, perusahaan garam terbesar di negara itu, Selasa (7/8)."Kami akan ikut mendorong kerjasama PT GARAM dengan CNSIC, termasuk kemungkinan berinvestasi dan berproduksi agar Indonesia mengurangi impor, malah mungkin ekspor,"
Menurut rilis yang diterima Rabu, dalam pertemuan di KBRI Beijing untuk penjajakan kerja sama bisnis tersebut, hadir Komisaris PT Garam Eniya Listiani Dewi, didampingi Direktur Farmasi dan Medika, BPPT, Imam Paryanto.
PT GARAM merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi garam di Indonesia, dengan kapasitas produksi 350 ribu ton/tahun.
Usaha dan produksi garam tidak terlalu besar karena bergantung iklim dan dihasilkan secara on-farm. Kualitas dan kuantitasnya pun belum terlalu banyak.
Sementara itu kebutuhan garam di Indonesia 4.5 juta ton/tahun, selain PT GARAM, penghasil GARAM adalah petani garam dengan total lahan 25 ribu hektar (5000 hektar milik PT GARAM).
Untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri yang ada hanya 2.3 juta ton/tahun, sisanya masih impor. Target PT GARAM tahun 2021 adalah memenuhi 50% permintaan dalam negeri.
Menurut Djauhari, kunjungan tersebut untuk mengetahui cara memproduksi garam dalam jumlah yang banyak dan kualitas yang baik , dimana CNSIC memproduksi 18 juta ton/tahun dan sebagian besar merupakan garam sumur (tambang garam), sehingga produksinya tidak bergantung pada musim.
"Kami akan ikut mendorong kerjasama PT GARAM dengan CNSIC, termasuk kemungkinan berinvestasi dan berproduksi agar Indonesia mengurangi impor, malah mungkin ekspor," kata Djauhari menambahkan..
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2018