Jakarta (ANTARA News) - Kehadiran pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E dari Rusia masih menunggu efektivitas kontrak pembelian. "Apabila Agustus ini kontrak efektif, maka 2019 akan datang dua unit. Kalau tidak efektif, kemungkinan mundur," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Totok Sugiharto, di Jakarta, Kamis.... Apabila Agustus ini kontrak efektif, maka 2019 akan datang dua unit. Kalau tidak efektif, kemungkinan mundur...
Sukhoi Su-35 Flanker E digadang-gadang akan menggantikan F-5E/F Tiger II di Skuadron 14 TNI AU yang berpangkalan di Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur. Wacana penggantian ini sudah berjalan sejak lima tahun lalu.
Saat itu, "kontestan" yang disebut-sebut adalah F-16 Block 60/70 (Lockheed-Martin, Amerika Serikat), JAS-39 Gripen (SAAB Swedia), Eurofighter Typhoon (Airbus Defence, Eropa Barat), dan Sukhoi Su-35 (KNAAPO, Rusia).
Di dalam negeri, sejumlah "persiapan" digalang Kementerian Pertahanan dengan sejumlah kementerian terkait meski terlihat dinamika di lapangan yang menyoal langkah pemerintah itu.
Potensi masalah justru terjadi dari luar negeri, yaitu Amerika Serikat, yang mengembargo negara-negara pembeli produk pertahanan Rusia sejalan aneksasi Rusia di Semenanjung Krimea pada 2015.
Ekses secara mikro pada aspek pertahanan, pesawat-pesawat tempur dan sipil buatan Rusia dilarang hadir pada pameran kedirgantaraan akbar dunia, Farnborough Air Show, di Inggris. Membalas hal itu, Rusia menggelar pameran persenjataan ARMY Moskow.
Menurut pemerintah, penandatanganan kontrak pembelian Su-35 Flanker E dengan persenjataan lengkap sudah dilaksanakan pada Februari lalu. Kementerian Pertahanan tidak secara resmi mengumumkan hal itu kepada pers pasa saat itu.
Akan tetapi, Sugiharto menepis informasi yang menyebut Amerika Srikat berusaha menekan Indonesia agar tidak membeli Sukhoi Su-35 dari Rusia.
"Kita tidak ada musuh, kita baik dengan Amerika. Kita juga beli Hercules. Kita juga baik dengan Rusia dan negara-negara lainnya. Jadi kita tidak punya musuh," katanya.
Ia memberi ilustrasi soal ini, dalam waktu dekat Indonesia berencana membeli 5 unit pesawat angkut berat C-130J Hercules buatan Lockheed-Martin, Amerika Serikat. Berbeda dengan benda pertahanan lain, C-130J Hercules bukanlah arsenal yang mematikan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi TNI AU, Marsekal Pertama TNI Andi Kustoro, dan tim bersama Deputy Director of The Air Force Departement Rusia, Tsyplakov Yury, beserta tim melakukan survei di Pangkalan Udara TNI Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, Senin (6/8).
"Survei dimaksudkan untuk menentukan lokasi dan kebutuhan yang akan dipersiapkan oleh pihak pabrikan pesawat Sukhoi Su-35, Komsomolsk-on-Amur Aircraft Plantation," ucap Kepala Penerangan Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi, Mayor Khusus Hamdi Londong.
10 tenaga ahli dari pabrikan KNAAPO (pembuat Sukhoi Su-35) menyurvei kesiapan TNI AU di Skuadron Udara 14 TNI AU di sana meliputi hanggar, shelter, landas parkir, aerodrome, landas pacu, landas taksi pesawat terbang, kendaraan pemadam kebakaran, GPL, simulator, Depo 60, dan objek lain.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018