Kostrad lakukan operasi persalinan korban gempa

9 Agustus 2018 16:06 WIB
Kostrad lakukan operasi persalinan korban gempa
Arsip - Personil Paskhas TNI AU bergegas membawa bantuan untuk korban gempa bumi usai mendarat di Lanud Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) di Rembiga, Mataram, NTB, Kamis (9/8/2018). TNI AU mengirimkan bantuan berupa makanan, obat-obatan, genset, tenda, terpal, penjernih air, popok bayi, air mineral hingga tandu untuk korban gempa bumi Lombok yang berada di pengungsian sekitar 100 ton sampai 150 ton per hari dengan 10 sampai 12 sortie penerbangan. (ANTARA /Ahmad Subaidi)

Mungkin karena lari pas gempa itu, ditambah ada isu tsunami, kita panik, istri saya ikut lari ke bukit,

Lombok Utara,  (ANTARA News) - Satuan Tugas TNI dari Batalyon Kesehatan 2/Yudha Bhakti Husada berhasil membantu proses persalinan seorang korban bencana gempa bumi 7 Skala Richter di Rumah Sakit Lapangan (Rumkitlap) TNI di Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB.

Danyonkes 2 Kostrad Letkol Ckm dr Shohibul Hilmi yang ditemui wartawan di Tanjung, Kamis, mengatakan bahwa persalinan secara Sectio Caesarea (SC) baru pertama kalinya dilakukan oleh Tim Rumkitlap TNI di Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.

"Sejak tiga hari di sini, ini operasi persalinan perdana yang kami lakukan. Alhamdulillah prosesnya berjalan lancar, ibunya sehat, anaknya sehat," kata Letkol Ckm dr Shohibul Hilmi.

Ibu yang melahirkan anak laki-laki pada Rabu (8/8) malam, itu bernama Mithasari (18), asal Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Anak pertama dari pasangan Rogiono (27), asal Desa Kayangan, ini lahir dengan berat berat badan 2,6 kg dan panjang 45 cm.

Rogiono, ayah dari anak laki-laki yang lahir di tenda kesehatan Rumkitlap TNI di Tanjung ini terlihat bahagia ketika ditemui Antara. Bersama istri dan anaknya yang baru lahir, Rogiono ditemui sudah berada di Rumkitlap RSUD Tanjung.

"Alhamdulillah sehat semua pak," kata Rogiono sembari tersenyum menyambut sapaan wartawan Antara.



Panik tsunami

Rogiono yang kesehariannya bekerja sebagai buruh tani ini mengatakan bahwa usia kandungan istrinya saat melahirkan anak pertamanya masih 9 bulan 3 hari.

"Sebenarnya belum sampai bulannya," ujarnya. Pada hari ketiga pascagempa di lokasi pengungsian area perbuktian Santong, Kabupaten Lombok Utara, Rogiono melihat air ketuban istrinya sudah pecah.

"Mungkin karena lari pas gempa itu, ditambah ada isu tsunami, kita panik, istri saya ikut lari ke bukit," ucapnya.

Karena khawatir, Rogiono berusaha melawan ketakutan terhadap isu tsunami dan memberanikan dirinya membawa sang istri turun mencari pertolongan medis.

"Dari pada kenapa-kenapa, saya bawa ke pos kesehatan yang ada di Basah. Di sana kita diminta ke lapangan Tanjung, katanya disana bisa bantu," katanya.

Dengan bantuan kendaraan ambulan, Rabu (8/8) menjelang petang, Rogiono mendampingi istrinya ke Rumkitlap Tanjung.

Setibanya di Rumkitlap TNI Tanjung, yang terletak di halaman depan kantor Bupati Lombok Utara, Rogiono menyetujui tawaran tim dokter bahwa?persalinan istrinya harus dilakukan secara Sectio Caesarea (SC).

"Saat itu, saya percayakan saja semua sama dokter TNI, yang penting bagaimana supaya anak dan istri saya selamat," ujar Rogiono.

Sesuai catatan tim dokter, tepat pukul 18.45 Wita, proses persalinan di dalam tenda bercorak hijau gelap itu lahir anak pertamanya. Anak laki-laki Rogiono dikabarkan lahir dengan selamat, begitu juga dengan istrinya.

Sekarang, Rogiono, anak dan istrinya berada di bawah tenda kesehatan yang ada di halaman RSUD Tanjung. Perawatan pascalahir masih diberikan bagi sang bayi.*

Baca juga: Fahri minta gempa Lombok jadi bencana nasional

Baca juga: KTT: Relawan akan diberikan pelatihan "trauma healing"

Baca juga: Manfaatkan alat berat Mandalika untuk Lombok

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018