• Beranda
  • Berita
  • Menristekdikti: Penelitian bidang pangan harus sejahterakan petani

Menristekdikti: Penelitian bidang pangan harus sejahterakan petani

9 Agustus 2018 18:30 WIB
Menristekdikti: Penelitian bidang pangan harus sejahterakan petani
Arsip - Inpari Sidenuk Petani warga Kampung Munjul, Ds Mekarmulya, Kec. Cimarga, Kab. Lebak, mencabut benih unggul "Inpari Sidenuk" hasil rekayasa Kemenristek dan Badan Tenaga Atom Nasional, di Lebak, Banten, Selasa (28/2). Varietas tersebut memiliki karakteristik batang yang tinggi sehingga cocok untuk ditanam di rawa dengan potensi hasil 8 ton gabah kering perhektar serta sudah bisa dipanen dalam tempo 103 hari. (FOTO ANTARA/Asep Fathulrahman)

Provinsi Riau terkenal dengan durian. Mungkin bisa juga menanam kelengkeng dan alpukat sebagai variasi,

Pekanbaru, Riau,  (ANTARA News) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan penelitian di bidang pangan harus bisa menyejahterakan petani dan membawa Indonesia berswasembada pangan.

"Produksi padi hasil penelitian harus didorong terus dan ditinjau kembali capaiannya agar manfaat penelitian bisa menyejahterakan petani," kata Nasir seusai melakukan panen perdana padi sidenuk di Desa Pulau Tinggi, Kabupaten Kampar, Riau, Kamis.

Nasir mengatakan di Boyolali panen padi sidenuk bisa mencapai 12,9 ton. Begitu pula saat ditanam di 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, rata-rata di atas sembilan ton.

"Kalau dikembangkan di Kabupaten Kampar, bisa menopang kebutuhan pangan di wilayah ini. Ke depan kita bisa swasembada pangan," tuturnya.

Nasir berharap kerja sama antara peneliti dengan pemerintah daerah bisa terus dilanjutkan sehingga penelitian dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi bisa menyalurkan hasil-hasil penelitian yang ada.

Menurut Nasir, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi juga memiliki penelitian tentang buah-buahan tropis seperti kelengkeng dan alpukat.

"Provinsi Riau terkenal dengan durian. Mungkin bisa juga menanam kelengkeng dan alpukat sebagai variasi," jelasnya.

Nasir mengatakan sebagian masyarakat mulai rutin mengonsumsi alpukat. Bila masyarakat di Kabupaten Kampar berminat, maka pengembangan alpukat bisa menjadi salah satu hal yang menjanjikan.

"Kalau masyarakat di sini tidak berminat mengonsumsi, bisa dijual di luar provinsi," ujarnya. *

Baca juga: IPB perkenalkan metode non-konvensional hasilkan bibit bermutu

Baca juga: PT Palma Inti Lestari Riau produksi 3,5 juta kecambah bibit sawit unggul


 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018