Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai 8 miliar dolar AS atau tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.Impor yang dilakukan tidak semata-mata untuk konsumsi tapi juga untuk kegiatan produksi yaitu bahan baku dan bahan modal
"Peningkatan defisit transaksi berjalan dipengaruhi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Yati Kurniati dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.
Yati menjelaskan penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut terjadi karena naiknya impor bahan baku dan barang modal sebagai dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang meningkat ketika ekspor nonmigas mengalami penurunan.
"Impor yang dilakukan tidak semata-mata untuk konsumsi tapi juga untuk kegiatan produksi yaitu bahan baku dan bahan modal," katanya.
Ia menambahkan peningkatan defisit neraca perdagangan migas ini dipengaruhi oleh naiknnya impor migas seiring dengan kenaikan harga minyak global serta permintaan yang tinggi pada periode Lebaran maupun libur sekolah.
"Defisit neraca perdagangan migas ini dipengaruhi oleh naiknya harga minyak internasional di tengah-tengah siklus peningkatan konsumsi terhadap minyak yang tinggi pada triwulan dua," ujarnya.
Selain itu, sesuai dengan pola musiman, pada triwulan II-2018, terjadi peningkatan pembayaran dividen maupun utang luar negeri korporasi yang ikut memberikan sumbangan terhadap defisit neraca pendapatan primer.
"Pada triwulan dua, juga ada waktunya jadwal pembayaran dividen dan utang luar negeri korporasi. Jadi memang ada faktor musiman yang memperbesar defisit neraca transaksi berjalan," kata Yati.
Dengan defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai tiga persen terhadap PDB, maka sampai dengan semester I-2018, defisit neraca transaksi berjalan masih berada dalam kisaran 2,6 persen terhadap PDB.
Yati menambahkan terdapat surplus transaksi modal dan finansial sebagai cerminan optimisme investor asing dan domestik terhadap kinerja ekonomi nasional.
Transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2018 tercatat surplus empat miliar dolar AS, atau lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya dengan surplus sebesar 2,4 miliar dolar AS.?
Surplus transaksi modal dan finansial ini terutama berasal dari aliran masuk investasi langsung asing yang tetap tinggi dan investasi portofolio yang kembali mencatat surplus.
Surplus investasi lainnya juga meningkat, terutama didorong penarikan simpanan penduduk pada bank di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan di dalam negeri.
Meski demikian, surplus transaksi modal dan finansial itu belum cukup untuk membiayai defisit pada neraca transaksi berjalan.
Dengan kondisi tersebut, pada triwulan II-2018 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan mengalami defisit sebesar 4,3 miliar dolar AS, atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 3,9 miliar dolar AS.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2018 menjadi sebesar 119,8 miliar dolar AS.?
Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar tiga bulan impor.
Secara keseluruhan, BI memproyeksikan kinerja NPI masih tetap baik dan dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal.
Baca juga: BI: Defisit transaksi berjalan 2018 masih aman
Baca juga: BI ungkap perkiraan defisit transaksi berjalan akhir 2018
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2018