Purwokerto (ANTARA News) - Beberapa waktu yang lalu, dr. Agus Fitrianto, Sp.A, dokter spesialis anak dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, merawat seorang anak yang mengalami radang selaput otak karena kuman tuberkulosis.Salah satu cara yang aman, murah dan sangat efektif untuk mencegah penyakit yang banyak beredar di masyarakat adalah dengan imunisasi..
Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, diketahui bahwa anak tersebut tidak pernah mendapatkan vaksin BCG, yang dapat mencegah penyakit tuberkulosis, dan juga tidak pernah mendapat imunisasi dasar lainnya.
"Setelah mendapatkan perawatan yang intensif si anak bisa sembuh, namun mengalami cacat," kata dr. Agus Fitrianto, Sp.A.
Pada saat itu, orang tua si anak hanya bisa menangis di hadapan sang dokter, dan menyatakan penyesalannya karena tidak memenuhi imunisasi dasar bagi buah hati mereka.
Kedua orang tua juga berjanji, mereka akan memberikan imunisasi bagi anak-anak mereka yang lainnya.
Menurut dia, hal tersebut menjadi pengalaman yang paling berkesan untuknya dan mendorong semangatnya untuk terus berbagi mengenai pentingnya imunisasi bagi orang tua lainnya.
Menurut pengalaman yang dia temui saat praktik, ada orang tua yang "galau" memberikan imunisasi bagi anaknya karena adanya informasi yang salah yang diterima orang tua tersebut terkait vaksin.
Karena itu, menurut dia, perlu adanya edukasi yang lebih informatif dan masif, dengan meteri yang lebih menyentuh "emosional" si orang tua, khususnya bagi mereka yang tidak memberikan imunisasi bagi anaknya.
Dan yang paling penting, kata dia, sosialisasi yang dilakukan, perlu melibatkan seluruh lintas sektoral.
Sementara itu, dia juga mengatakan, vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk memberikan kekebalan tubuh anak terhadap suatu penyakit menular yang berbahaya.
Dia juga memastikan bahwa imunisasi aman bagi anak-anak.
"Selama 12 tahun saya menjadi dokter, Alhamdulillah tidak pernah mendapatkan kasus kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang berat, tidak pernah ada yang aneh-aneh, artinya imunisasi itu aman, memang ada risiko KIPI, tapi kejadiannya sangat kecil sementara manfaat imunisasi jauh lebih besar dibanding mudharatnya," katanya.
Karena itu, dia berpesan pada para orang tua, agar tidak takut memberikan imunisasi lengkap pada anak-anak mereka.
Dan jika orang tua merasa ragu-ragu, kata dia, bisa menanyakan langsung kepada ahlinya, kepada mereka yang memiliki ilmu dan kompetensi di bidang imunisasi.
Sementara itu, dia juga mengatakan bahwa anak merupakan aset bangsa dan negara yang tidak ternilai harganya.
Anak-anak pada masa kini, menurut dia, adalah generasi masa depan, dan maju atau terpuruknya nasib bangsa akan ditentukan seberapa kuat generasi mudanya. Karena itu, orang tua harus mengawal tumbuh kembang anak-anak mereka.
Tumbuh kembang anak, tambah dia, memiliki momentum emas yang dimulai sejak 1.000 hari pertama kehidupan. Pada masa ini otak mengalami proses tumbuh kembang yang sangat pesat. Konsep tersebut, kata dia, bisa dikembangkan sebagai pondasi kejayaan bangsa.
Jika momentum tersebut disia-siakan, maka bangsa akan kehilangan potensi kecerdasan terbaik dari calon pemimpin masa depan.
Dengan demikian, status kesehatan anak menjadi kunci untuk mewujudkan pemimpin yang tangguh di masa depan.
"Anak perlu dibekali dengan makanan yang halal, bergizi dan seimbang, kebersihan lingkungan serta pola asuh orang tua yang baik. Selain itu, anak haruslah dibekali dengan kekebalan tubuh yang prima. Salah satu cara yang aman, murah dan sangat efektif untuk mencegah penyakit yang banyak beredar di masyarakat adalah dengan imunisasi," katanya.
Dia juga mengatakan, imunisasi merupakan suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian.
Imunisasi juga bertujuan mencegah penyakit infeksi yang berbahaya sebelum penyakit tersebut menular di masyarakat.
Selain itu, kata dia, imunisasi menggunakan mekanisme pertahanan tubuh melalui sistem kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu sehingga ketika seorang anak mendapatkan imunisasi, tubuh akan membentuk imunitas melalui jalur yang sama seperti jika dia terkena penyakit tersebut secara alami.
"Pada masa depan, jika sang anak tertular oleh penyakit tersebut, ia tidak akan sakit dikarenakan sistem kekebalan tubuhnya akan bereaksi cepat untuk melawan penyakit tersebut sebagai akibat dari pemberian vaksin pada masa lalu," katanya.
Dia juga menegaskan, manfaat pemberian vaksin jauh lebih besar dibandingkan dengan efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Terlebih lagi, menurut dia, semua vaksin yang beredar di Indonesia telah diuji keamanan dan efektifitasnya oleh instansi terkait dan terus dipantau selama diberikan kepada masyarakat luas.
Sosialisasi Imunisasi
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, dr. Yudhi Wibowo, M.PH mengatakan pemerintah melalui instansi terkait perlu meningkatkan sosialisasi mengenai pentingnya manfaat vaksin bagi anak.
"Berikan pemahaman kepada masyarakat, dan sebarluaskan testimoni positif mengenai orang tua yang awalnya menolak memberikan vaksin bagi anaknya, namun akhirnya berubah sikap karena menyadari manfaat vaksinasi bagi anak-anak mereka," katanya.
Pemerintah, kata dia, perlu meningkatkan kesadaran imunisasi masyarakat dengan menggencarkan sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi, mulai dari wilayah perkotaan hingga pedesaan.
"Contohnya di Kabupaten Banyumas ini, sosialisasi dan penyuluhan serta pemberian pemahaman bagi masyarakat sudah cukup baik, sehingga tingkat kesadaran imunisasi menurut saya juga sudah baik," katanya.
Dia juga menambahkan, imunisasi sangat efektif mencegah penyakit pada anak, karena itu, tidak memberikan imunisasi berarti telah menelantarkan hak dasar anak untuk memperoleh derajat kesehatan yang berkualitas.
kendati demikian, dia mengakui bahwa sebagai negara yang majemuk, akan ada sebagian masyarakat yang ragu terhadap pemberian imunisasi, bahkan ada yang menolak untuk diberikan imunisasi. Salah satu persoalan yang sering muncul di tengah masyarakat adalah isu tentang kehalalan vaksin.
Karena itulah, kata dia, sosialisasi sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Sementara itu, salah seorang ibu asal Desa Babakan, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Yuspita Palupi (36) mengatakan dirinya telah melengkapi anaknya dengan imunisasi dasar.
Dia mengatakan, dirinya memberikan imunisasi bagi anaknya di bidan setempat dan juga di puskesmas terdekat, untuk melindungi anaknya dari ancaman penyakit.
"Bahkan anak saya juga pernah mengikuti progam imunisasi nasional yang diselenggarakan di sekolah dasar," katanya.
Sementara itu, seorang ibu lainnya, Anindya (38) asal Desa Karangtengah, Baturraden, Kabupaten Banyumas, mengatakan telah melengkapi kedua anaknya dengan imunisasi dasar.
Dia mengatakan, imunisasi bagi anak-anaknya diperoleh dari posyandu yang ada di wilayah setempat.
"Posyandu dekat rumah selalu rutin melakukan penyuluhan kepada warga setempat dan mengingatkan orang tua apabila ada anaknya yang belum mendapatkan vaksin," katanya.
Dia juga mengatakan, bahwa dirinya meyakini bahwa imunisasi memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan anak-anaknya.
"Saya tidak pernah merasa ragu atau galau, lagipula orang tua dan keluarga besar saya juga sangat mendukung imunisasi," katanya.
Baca juga: Bahaya Rubella mengincar si jabang bayi
Baca juga: Belum bersertifikat halal, vaksin MR bisa digunakan
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2018