Jakarta (ANTARA News) - Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Mohamad Nasir meminta perguruan tinggi berkolaborasi dengan diaspora untuk memajukan kualitas pendidikan.Perguruan tinggi harus berkolaborasi dengan cendikiawan diaspora, agar dapat memajukan kualitas pendidikan tinggi
"Perguruan tinggi harus berkolaborasi dengan cendikiawan diaspora, kerja sama ini penting agar kita dapat memajukan kualitas pendidikan tinggi kita," kata dia pada Simposium Cendikia Kelas Dunia di Jakarta, Senin.
Ia mengharapkan kerja sama itu juga untuk menempatkan perguruan tinggi masuk jajaran tertinggi universitas penting di dunia.
Selain itu, kata dia, membawa kemajuan Indonesia saat 100 tahun Indonesia merdeka atau pada 2045, di berbagai bidang seperti pangan dan agrikultura, kesehatan, informasi dan komunikasi, nanoteknologi, transportasi, teknologi pertahanan, manajemen kebencanaan, serta humaniora.
Ia menginginkan para diaspora unutk kembali ke Indonesia dengan paling tidak dua tahun sekali ikut membangun negaranya.
"Kalau mau berkarir di luar silakan, tetapi bangun juga Indonesia," kata Nasir.
Pada acara tersebut, 47 ilmuwan diaspora dari 12 negara bertemu dengan 55 perguruan tinggi negeri dan swasta.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti mengatakan dalam acara tersebut para ilmuwan diaspora dapat menjalin relasi dengan sesama ilmuwan.
Para diaspora akan mendatangi kampus tujuan, untuk menginventarisasi masalah dan merencanakan fokus riset bersama dengan ilmuwan dalam negeri.
"Program bersama ilmuwan diaspora ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk pengembangan SDM Indonesia dengan melibatkan seluruh komponen anak bangsa di mana pun mereka berada," kata dia.
Baca juga: Jaringan diaspora ajak pemuda pikirkan 100 tahun Indonesia
Ia mengatakan selama ini manusia unggul Indonesia jumlahnya banyak, namun mereka terpencar-pencar dan tidak pernah berkolaborasi.
Padahal, kata dia, dengan kolaborasi maka para ilmuwan dapat bersama membangun negeri.
Acara tersebut untuk ketiga kali diselenggarakan. Pada 2016, acara tersebut bernama Visiting World Class Professor, pada 2017 diubah menjadi Simposium Cendikia Kelas Dunia.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018