Pemasangan di sebanyak 5.518 SPBU yang tersebar di seluruh Indonesia ini dilakukan demi mendata Bahan Bakar Minyak (BBM) Tertentu (solar) dan BBM Khusus Penugasan (premium) supaya lebih presisi sekaligus mencegah adanya kecurangan yang dilakukan oleh lembaga penyalur, berdasarkan informasi yang dihimpun Antara di Jakarta, Selasa.
"Sebelum ada digitalisasi ini, kami melakukan pelaporan tiap bulanan, lalu kami lakukan uji petik dari angka dari laporan badan usaha, terjun ke lapangan untuk verifikasi volume. Pengumpulan data ini kan butuh waktu. Harapannya dengan adanya digitalisasi ini sangat membantu dua belah pihak untuk memverifikasi," ujar Anggota Komite BPH Migas Saryono Hadiwidjojo.
Sistem kerja digitalisasi, imbuh Saryono, pada prinsipnya akan dilakukan konversi dari jumlah liter yang disalurkan jadi format elektronik.
Format ini dikirim ke satu pusat data, dari seluruh 5.518 SPBU tersebut. Setelah itu, data akan dibuat laporan dan analisis yang membantu BPH Migas untuk melakukan pengawasan dan pengendalian.
"Sekarang sudah dilakukan uji coba, dengan data dari 10 SPBU. Ini sudah dilakukan mulai awal tahun sampai hari ini, dan kami akan terus meningkatkan uji coba itu," tambah Saryono.
Adapun 10 SPBU uji coba yang dimaksud berada di Jakarta, Bekasi, jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) Jawa Barat, Yogyakarta, Sidoarjo, jalan tol Purbaleunyi, dan Tangerang Selatan.
Rencananya, digitalisasi nozzle di 5.518 dari 7.415 SPBU milik Pertamina akan terpasang pada akhir tahun 2018. Optimisme tersebut berdasarkan komitmen yang ditunjukkan oleh Pertamina.
Sementara itu, SVO Corporate ICT Pertamina Jeffry Tjahja Indra mengaku selama ini data volume BBM didapatkan melalui laporan manual dari masing-masing SPBU. Dengan digitalisasi ini, Pertamina akan mudah mendapatkan data realtime terkait keluar masuk BBM.
"Kita menggandeng Telkom karena Telkom punya teknologi dan kapasitas untuk membuat digitalisasi ini," ujar Jeffry.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2018