Tiga potret diri pelukis legendaris Rustamadji tergores dalam satu kanvas. Dengan teknik lukisan yang memudar dari atas sampai di tengah hingga kemudian membentuk sosok yang jelas wajah maestro Rustamadji sedangkan di bawah terlihat lunturnya cat warna biru, magenta, hitam dan kuning,untuk mengingat kembali dan memperkenalkan sosok maestro khususnya wajah seorang Rustamadji pada waktu itu
Lukisan berjudul "pudar dan jelas" karya Res Nugroho pada 2018 itu ingin mengingatkan masyarakat terhadap sosok maestro Rustamadji yang semakin lama semakin memudar dari kalangan masyarakat atau seniman muda khususnya di kota Klaten.
"Dengan adanya pameran bertajuk `Tribute to Maestro Rustamadji` karya yang saya suguhkan untuk pameran ini bermaksud untuk mengingat kembali dan memperkenalkan sosok maestro khususnya wajah seorang Rustamadji pada waktu itu," ujar seniman muda itu dalam pengantar lukisannya.
Sebanyak sekitar 25 perupa muda di Klaten mencoba menggali inspirasi sekaligus menorehkan kembali jejak salah satu maestro lukis tanah air Rustamadji melalui pameran yang digelar selama 11-15 Agustus 2018 di Galeri Monumen Juang 45 Klaten.
Rustamadji yang lahir 19 Januari 1921 dan meninggal 2001 di Klaten Jawa Tengah seangkatan dengan beberapa mestro lukis tanah air seperti Hendra Gunawan, Affandi, Sudarso, Tatang Ganar, Trubus, dan sejumlah lainnya.
Sebagai perupa, Rustamadji tidak hanya menekuni seni lukis namun juga seni patung, sejumlah karyanya bahkan dikoleksi oleh Presiden Sukarno dan di pajang di Istana Negara antara lain "Kapal Udara" dan "Pohon Nangka" (1954).
Karya patung Rustamadji antara lain Potret Sri Sultan Hemengkubuwono IX, Tugu Muda Semarang, yang dibuat bersama para seniman anggota Pelukis Rakjat ataupun Patung Airlangga di Hotel Indonesia.
Sebagai pelukis yang hidup pada masa revolusi Rustamadji pernah turut bergerilya di Klaten selama Agresi Militer Belanda II yang terjadi di sekitar Yogyakarta.
Dosen Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Mikke Susanto dalam pengantar pameran "Tribute to Maestro Rustamadji" mengungkapkan melalui karya-karyanya dan kehidupannya Rustamadji memberi imajinasi pada kita tentang kepedulian dan tanggap terhadap kejadian di sekitarnya.
Ia melukis pedesaan, jalan kampung ataupun aktivitas lokal untuk dicatat sebagai rekaman masa lampau.
Karya maupun kehidupan Rustamadji itulah yang akhirnya menginspirasi para perupa muda di Klaten untuk menorehkan jejak sang maestro agar kembali diingat para generasi milenial saat ini.
Inspirasi yang terpancar dari sosok Rustamadji mampu mempertemukan berbagai macam pelaku seni mulai dari pelukis realis, pelukis sketsa, grafiti, stensil, batik hingga mix media ke dalam atmosfir yang berbeda.
Perupa muda yang rata-rata berusia sekitar 25 tahun tersebut tak saja menangkap gaya lukis dari sang maestro namun juga semangat dan patriotisme, nilai-nilai hidup maupun rasa jiwa yang terpancar dalam karya-karyanya.
Seperti Arfian Aldo melalui lukisan berjudul "Spirit" (2018) yang membuat potret diri Rustamadji pada media tirai bambu dengan cat semprot.
Dia ingin menunjukkan Rustamadji merupakan sosok yang sederhana dengan berbagai macam karya keren dan mengagumkan yang dihasilkan mulai dari lukisan, tulisan serta patung.
Sampai saat ini, Arfian menilai, sosok Rustamadji masih menjadi inspirasi bagi orang lain karena semangat berkarya yang luar biasa hebat.
Sosok Rustamadji, kisah kehidupan dan perjalanannya dalam berkarya di Klaten diharapkan agar menjadi pemicu untuk para pelaku seni lainnya, pelaku lintas genre, seperti pelukis realis dengan style mooi indie, pelukis sketsa, grafiti, lowbrow, stensil hingga seniman yang menggunakan mix media.
"Mengolah Tanah" merupakan salah satu karya Rustamadji pada 1984. Pada karya tersebut, perupa Eat mencoba me-redraw atau menggambar ulang karya lama tersebut dengan gaya teknik yang akhir-akhir ini sedang digemarinya. Tanpa meninggalkan ciri khas dirinya ketika berkarya di jalan, dia menyisipkan karakter yang biasa digambar di jalan.
Dia keluar dari kebiasaan menggambar dengan media kertas serta ingin menghindari penggunaan kanvas maka digunakanlah kaca sebagai media utama. Dia memadukan karya Rustamadji, teknik lama lukis kaca dan gaya dirinya sehingga muncullah lukisan yang unik.
Pelukis muda Karin Rahmaniar mencoba menangkap gaya lukis Rustamadji yang selalu menggunakan obyek keindahan alam sebagai mencerminkan sosok yang begitu sederhana, mencintai alam dan mencoba menikmati karya Tuhan dalam bentuk lukisan.
Lukisan bagi Rustamadji adalah media bersyukur pada Tuhannya, sehingga Karin melukis ulang karya-karya sang maestro dengan menggunakan media baru yaitu bunga kering dan dalam bentuk yang lebih sederhana dalam "Between dried flowers on recycle paper".
Sementara Novita, menyerap ketenangan dan keindahan yang selalu tercermin dalam lukisan Rustamadji melalui karya dengan tema yang sama yaitu keindahan alam beruap air terjun yang melambangkan keindahan, keheningan dan ketenagan. Rustamadji menicptakan karya dengan obyek keindahan alam, sebagai cerminan diri, menciptakan ketenganan dan rasa tenteram bagi siapa saja yang menikmatinya.
Baca juga: Pelukis Indonesia-Malaysia pameran bersama di Borobudur
Septianto Nugroho menangkap rasa "sederhana" dan "apa adanya" dalam karya-karya Rustamadji . Dalam banyak karyanya selalu melukiskan keadaan yang sederhana dan apa adanya, namun tanpa meninggalkan konsep estetikanya.
Dalam karyanya Rustamadji juga menggambarkan betapa mudahnya menemukan hal yang indah di sekitar kita untuk selalu bisa disyukuri. Karya Rustamadji merupakan perenungan diri terhadap hubungan manusia alam raya dan sang pencipta.
Karya seni yang dicipta dan digelar para perupa muda itu akhirnya menjadi upaya untuk mengingat dan mengenal seniman besar yang dimiliki sebuah kota kecil sekalipun. Mengingat dan mengenal merupakan cara yang paling mudah untuk menunjukkan bahwa Klaten mempunyai seniman yang melegenda. Jangan sampai sosok maestro Rustamadji memudar namanya maupun sosoknya seiring berhembusnya angin zaman.
Pewarta: Subagyo
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018