Kekuatan Indonesia itu akan dirasakan manfaatnya pada saat puncak bonus demografi sekitar 10 tahun ke depan, di mana momentum ini jumlah usia produktif lebih mendominasi
Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia mempunyai keunggulan dalam upaya mengimplementasikan revolusi industri 4.0, yaitu sumber daya manusia (SDM), terlebih lagi dengan memiliki jumlah penduduk yang besar.
“Jadi, daya saing kita adalah human talent. Sedangkan, di China dengan kecepatan, Jerman dengan teknologi, serta Jepang dan Korea dengan skill,” kata Menperin melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.
Airlangga menyampaikan hal itu ketika memberikan kuliah umum kepada 3.500 mahasiswa baru Universitas Pelita Harapan (UPH) di Tangerang.
Kekuatan Indonesia itu akan dirasakan manfaatnya pada saat puncak bonus demografi sekitar 10 tahun ke depan, di mana momentum ini jumlah usia produktif lebih mendominasi.
“Kami berharap generasi muda atau para mahasiswa ini akan menjadi pemimpin bangsa setelah 2030-2045,” imbuhnya.
Oleh karena itu, pemerintah saat ini fokus memacu kompetensi SDM Indonesia agar lebih berdaya saing global, termasuk di sektor industri.
Misalnya, tantangan yang harus dikuasai adalah pemanfaatan teknologi digital seperti "internet of things", "artificial intelligence", "big data", dan "robotics".
Di samping itu, generasi milenial juga perlu menguasai keterampilan bahasa Inggris, statistik dan koding. Ini sebagai solusi untuk bisa memasuki era ekonomi digital.
“Keilmuan, karakter, ke-Indonesiaan, dan globalisasi itu adalah 4 pilar peran generasi muda dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia,” ungkap Airlangga.
Pada kesempatan itu, Dilo mahasiswa dari Prodi Ketahanan Pangan dalam sesi tanya jawab dengan Menteri Perindustrian yang dipandu oleh Rektor UPH, Jonathan L Parapak, mempertanyakan dampak pelemahan rupiah bagi industri nasional.
Menurut Menperin, terkait pelemahan rupiah ini telah dibahas dalam rapat kabinet. Ada beberapa komoditas yang diuntungkan, di antaranya industri hasil perkebunan seperti kelapa sawit.
“Pemerintah menekankan untuk mengurangi produk impor,” jawabnya. Kemudian, strategi lainnya, yakni pemerintah mendorong investasi di sektor riil, meningkatkan konsumsi produk dalam negeri, dan mengembangan industri substitusi impor.
Selanjutnya, Victor, mahasiswa UPH asal Kupang menanyakan lapangan pekerjaan yang sempit sehingga di kampungnya banyak usia angkatan kerja jadi TKI di luar negeri.
Menjawab pertanyaan Victor, Airlangga menjelaskan Kemenperin telah melaksanakan program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri.
“Ini dimaksudkan agar mereka selepas sekolah siap terjun ke dunia kerja,” jelasnya.
Sementara itu, James T Riady selaku pendiri UPH menyampaikan, masa depan bangsa Indonesia tergantung peran generasi muda yang nantinya menjadi pemimpin-pemimpin hebat di berbagai tempat.
“Makanya, saya selalu senang ada di depan pemuda-pemudi, karena jiwa dan semangat muda inilah yang dibutuhkan dunia,” ujarnya.
Sedangkan, Jonathan Parapak menjelaskan, mahasiswa baru ini tersebar di tiga kampus, yakni di UPH Kampus Lippo Village Tangerang, UPH Kampus Medan, dan UPH Kampus Surabaya. Mereka akan menjalani pendidikan sarjana strata satu, dua, dan tiga (S-1, S-2, dan S-3) di semua program studi yang ada.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018