• Beranda
  • Berita
  • Pengamat ingatkan asumsi kurs RAPBN perlu ditindaklanjuti langkah strategis

Pengamat ingatkan asumsi kurs RAPBN perlu ditindaklanjuti langkah strategis

17 Agustus 2018 19:03 WIB
Pengamat ingatkan asumsi kurs RAPBN perlu ditindaklanjuti langkah strategis
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) menghadiri Rapat Paripurna Pembukaan Masa Sidang I DPR tahun 2018-2019 di Gedung Nusantra, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2018). Rapat paripurna tersebut beragendakan penyampaian pidato RUU APBN 2019 disertai Nota Keuangan dan dokumen pendukungnya oleh Presiden Joko Widodo. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Poin pentingnya bila target kurs rupiah RAPBN 2019 berada pada 14.400 per dolar AS, maka harus ada strategi

Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara mengingatkan asumsi kurs RAPBN 2019 perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah strategis.

"Poin pentingnya bila target kurs rupiah RAPBN 2019 berada pada 14.400 per dolar AS, maka harus ada strategi," katanya di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, pemerintah harus memiliki langkah-langkah yang membuat nilai tukar rupiah bisa lebih kuat dari Rp14.400/dolar.

Sebelumnya, Bank Indonesia mengatakan revisi asumsi kurs rupiah RAPBN 2019 dari range Rp13.700 hingga Rp14.000 menjadi Rp14.400 per dolar AS, karena diprediksi masih tingginya tekanan ekonomi global pada 2019.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan Bank Sentral optimistis nilai tukar rupiah pada 2019 akan bergerak lebih stabil di kisaran Rp14.400 per dolar AS.

"Kami masih melihat dari sisi perkembangan global, gejolak perekonomian belum selesai," ujar dia usai pembacaan pidato Presiden Joko Widodo tentang keterangan pemerintah atas RUU APBN 2019 beserta nota keuangannya di Gedung DPR/MPR/DPD Jakarta, Kamis (16/8).

Jika tekanan terhadap rupiah terus menguat dan mengancam stabilitas sistem keuangan domesik, maka Bank Sentral akan melancarkan intervensi ganda di pasar valas dan obligasi.

Kemudian, upaya stabiliasi dengan menggunakan instrumen suku bunga dan depresiasi secara bertahap untuk mengembalikan nilai tukar ke fundamentalnya.

Baca juga: Ini alasan BI, mengapa asumsi kurs Rp14.400 pada RAPBN 2019
Baca juga: Ini indikator makro ekonomi pada RAPBN 2019

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018