• Beranda
  • Berita
  • Ini tantangan utama produksi bawang merah berkualitas ekspor

Ini tantangan utama produksi bawang merah berkualitas ekspor

20 Agustus 2018 06:55 WIB
Ini tantangan utama produksi bawang merah berkualitas ekspor
ILUSTRASI - Bawang Merah (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

"Justru kalau di musim kering, selama airnya tercukupi, kualitasnya sangat bagus, bisa besar-besar bawangnya"

Jakarta  (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Bawang Merah Indonesia (DBMI) Mudatsir mengatakan pasokan air menjadi tantangan untuk memproduksi bawang merah terutama dengan kualitas ekspor di tengah musim kemarau panjang.

"Justru kalau di musim kering, selama airnya tercukupi, kualitasnya sangat bagus, bisa besar-besar bawangnya. Tantangannya harus siap dengan pasokan air, bagaimana selalu tercukupi," kata Mudatsir saat dihubungi Antaranews di Jakarta, Minggu.

Mudatsir menjelaskan di tengah musim kemarau yang diperkirakan terjadi sampai September, justru hasil produksi bawang merah memiliki kualitas yang lebih baik dari musim hujan.

Bawang merah yang dihasilkan akan memiliki umbi yang besar, sehat, dan memiliki volume tonase yang sesuai dengan kualitas ekspor serta produktivitas yang lebih tinggi.

Namun, ia juga mengingatkan tantangan yang dihadapi petani, yakni terbatasnya stok air karena musim kemarau. Pasalnya, bawang merah termasuk komoditas yang sangat membutuhkan air selama masa penanaman.

Mudatsir menjelaskan bahwa sejumlah petani terutama di sentra produksi bawang merah, seperti Brebes, dan wilayah di Jawa Timur, seperti Nganjuk, Malang, Probolinggo, Bojonegoro, Sumenep, Sampang, Pamekasan, Mojokerto, hingga Bondowoso, sudah mempersiapkan pompa air untuk mencukupi pasokan air.

Kementerian Pertanian menyebutkan ciri-ciri bawang merah berkualitas ekspor adalah berukuran diameter minimal 2,5 cm, berbentuk bulat tidak lonjong, dan berwarna merah terang. Waktu panen terbaik untuk bawang merah yakni sepanjang Juli sampai November.

Mudatsir menambahkan target ekspor bawang merah sebesar 15.000 ton sepanjang 2018 yang ditetapkan Kementerian Pertanian dinilai realistis untuk dicapai.

Hal itu karena luas tanam bawang merah nasional diperkirakan mencapai 120 ribu ha dengan produksi rata-rata sekitar 10,5 sampai 11 ton per hektare.

Dengan kebutuhan nasional sekitar 900 ribu sampai 1 juta ton, Mudatsir memperkirakan masih ada surplus sekitar 200 ribu ton.

"Hanya saja surplus itu ada yang susut, jadi kalau misalkan target ekspor 15 ribu ton ya realistis," kata dia.

Adapun Kementerian Pertanian menargetkan ekspor bawang merah sepanjang 2018 sebanyak 15 ribu ton, atau naik dua kali lipat dari tahun lalu sebanyak 7.750 ton.

Data Kementan menunjukkan, penghentian impor bawang merah sudah dilakukan sejak 2016 dan Indonesia mengekspor sebanyak 736 ton. Setahun kemudian yakni pada 2017, Indonesia kembali mengekspor sebanyak 7.750 ton atau naik 93,5 persen dari tahun sebelumnya.

Ekspor tersebut sejalan dengan naiknya luas areal tanam bawang merah, jadi 158.172 hektare pada tahun 2017 atau naik 5,71 persen dibanding tahun 2016. Kabupaten Brebes menyumbang 18,5 persen areal tanam bawang merah secara nasional.

Baca juga: Kementan dorong petani produksi bawang merah kualitas ekspor
Baca juga: Pengamat: Harga bawang perlu dijamin pemerintah



 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018