Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo sedang menyiapkan Instruksi Presiden (Inpres) terkait penanganan gempa di Lombok dan sekitarnya.Ini baru disiapkan Inpres, yang paling penting menurut saya bukan ditetapkan atau tidak ditetapkan (sebagai bencana nasional), yang paling penting adalah penanganan langsung di lapangan."
"Ini baru disiapkan Inpres, yang paling penting menurut saya bukan ditetapkan atau tidak ditetapkan (sebagai bencana nasional), yang paling penting adalah penanganan langsung di lapangan," kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Senin.
Gempa bumi beruntun mengguncang Lombok sejak 3 pekan lalu dengan kekuatan yang cukup besar, terakhir gempa bumi kembali terjadi dengan kekuatan 6,9 SR pada Minggu (19/8) pukul 19.56 WIB menimbulkan guncangan keras di Lombok Timur dan Lombok Utara dengan intensitas VI-VII MMI (kuat).
"Pemerintah pusat total memberikan dukungan penuh bantuan kepada baik kepada pemprov (pemerintah provinsi), pemkab (pemerintah kabupaten), dan tentu saja yang paling penting kepada masyarakat. Intinya ke sana," tambah Presiden.
Presiden pun mengaku terus mengikuti setiap perkembangan informasi mengenai bencana tersebut.
"Saya ikuti terus kok. Setiap menit saya ikuti terus, tadi malam saya dapat info dari sana, mungkin enggak tahu saya mau mengatur waktu lagi ke Lombok," ungkap Presiden.
Presiden sendiri sudah mengunjungi daerah tertimpa gempa di Lombok pada 13-14 Agustus 2018 lalu. Presiden antara lain meninjau bangunan RSUD Tanjung dan Pasar Tanjung, posko pengungsian di halaman Polsek Pemenang, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Data sementara yang berhasil dihimpun Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Senin (20/8) pukul 10.45 WIB, tercatat 10 orang meninggal dunia, 24 orang luka-luka, 151 unit rumah rusak (7 rusak berat, 5 rusak sedang, 139 rusak ringan) dan 6 unit fasilitas ibadah.
Dari 10 orang meninggal dunia akibat gempa 6,9 SR berasal dari Kabupaten Lombok Timur 4 orang, Lombok Barat 1 orang, Sumbawa Besar 5 orang, dan Sumbawa Barat 1 orang. Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, ESDM, dan relawan masih melakukan evakuasi.
Kendala listrik padam total menyebabkan komunikasi dan pendataan terhambat. Tercatat 101 kali gempa susulan sudah berlangsung dengan 9 kali gempa dirasakan hingga pukul 11.00 WITA pada hari ini. Masyarakat dihimbau tetap tenang dan waspada.
Saat kejadian gempa masyarakat banyak yang berada di luar rumah dan di pengungsian sehingga tidak menimbulkan banyak korban jiwa. Rasa trauma guncangan gempa, apalagi pada Minggu (19/8) siang terjadi gempa 6,5 SR di Lombok Timur menyebabkan masyarakat memilih berada di luar rumah.
Korban meninggal sebagian karena tertimpa bangunan roboh dan sebagian karena serangan jantung kaget menerima guncangan gempa yang keras.
Bantuan logistik terus disalurkan ke korban gempa di Lombok. Stok logistik mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi.
Sementara itu, dampak gempa 6,5 SR yang mengguncang Lombok Timur pada pada Minggu (19/8) pukul 11.06 WIB juga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan.
Berdasarkan pendataan hingga Minggu sore sebelum gempa 6,9 SR tercatat 2 orang meninggal dunia, 1 orang luka, 1.700 unit rumah rusak dimana 1.054 rusak berat dan 646 rusak ringan, dan 5 bangunan publik rusak.
Sebelumnya Lombok Timur diguncang gempa 6,4 SR pada 29 Juli dan gempa 7 SR pada 5 Agustus 2018 yang juga menimbulkan korban dan kerusakan. Gempat 7 SR itu menyebabkan 460 orang meninggal dunia dengan korban luka-luka tercatat 7.773 orang, dimana 959 orang luka berat dan rawat inap dan 6.774 orang luka ringan atau rawat jalan. Sebanyak 417.529 orang mengungsi di ribuan titik pengungsian.
Baca juga: Warga Lombok diminta tetap tinggal di luar rumah
Baca juga: Gubernur NTB minta warga tetap tenang
Baca juga: Aksi peduli Lombok di HUT RI di Moskow
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018