• Beranda
  • Berita
  • Idul Adha, ratusan orang antre sejak subuh demi final badminton

Idul Adha, ratusan orang antre sejak subuh demi final badminton

22 Agustus 2018 08:31 WIB
Idul Adha, ratusan orang antre sejak subuh demi final badminton
Antrean pembeli tiket final bulutangkis Asian Games 2018 di Senayan, Jakarta, Rabu (22/8/2018) (ANTARA News/ Nanien Yuniar)
Jakarta (ANTARA News) - Di depan masjid Al Bina, Senayan, yang pelantangnya memperdengarkan khotbah yang jadi bagian shalat Idul Adha, ratusan orang berkumpul di jalan raya depan masjid, Rabu pagi.

Hari ini, mereka bukan bagian dari jamaah masjid. Ratusan orang ini berbaris mengular, mengantre untuk mendapatkan tiket pertandingan final bandminton Asian Games 2018..

Antrean panjang, dari depan loket sampai area lapangan tenis, sekitar 300 meter, terbentuk berkat orang-orang yang ingin menyaksikan babak final beregu pertandingan badminton yang sejak dulu jadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Sebagian datang jauh dari Senayan, sejak matahari belum menampakkan wujudnya.

Olly dan Bayu adalah pasangan suami istri yang datang dari Pulo Mas. Karena hari ini tanggal genap, mereka harus meminjam mobil milik kakak yang angka belakang platnya genap.

Pasangan yang berangkat sejak pukul 05.30 WIB itu berada di barisan depan dekat loket yang baru dibuka sekitar pukul 07.30 WIB.

"Kirain kita paling duluan sampai," ujar Olly yang tak menyangka banyak orang sudah tiba jauh lebih dulu dari dirinya.

Hari ini ia mau tak mau harus berdiri setidaknya selama dua jam karena tiket pertandingan tak bisa lagi dibeli secara online.


Euforia final
 
Rosi (kerudung biru) dan Susi (kelima dari kiri), sebagian calon pembeli tiket final bulutangkis Asian Games 2018 di Senayan, Jakarta, Rabu (22/8/2018) (ANTARA News/ Nanien Yuniar)


Meski sebenarnya tiket sudah bisa dibeli dari jauh hari, banyak orang yang baru kerepotan membelinya sekarang karena tak mau ambil risiko bila tim nasional gagal masuk final.

"Enggak beli dari lama karena takut Indonesia enggak masuk final, nanti saya mau ngedukung siapa, dong?" ujar Susi yang berada di barisan belakang antrean.

Kebetulan, final badminton bertepatan dengan hari libur nasional sehingga ia juga bisa menonton langsung di Gelora Bung Karno. 

Bersama seorang temannya, ia berangkat pukul 05.30 dari Cengkareng. Namun perjalanannya tak berlangsung semulus yang direncanakan. Peraturan pembatasan kendaraan dengan plat ganjil-genap membuatnya sulit mendapatkan taksi online.

"Effort banget, nyari jalan karena banyak yang ditutup. Grab enggak ada sama sekali, taksi enggak ada, tukang ojek enggak ada," ujar Susi, akhirnya mendapatkan taksi untuk mengantarnya ke Senayan.

Sementara Rosi, bersama temannya dari Blok M, sejak semalam sudah berusaha mendapatkan tiket final lewat layanan online. Semua layanan sudah dicoba, tapi tak kunjung berhasil. 

"Pertandingan kemarin juga tidak dapat tiketnya," keluh Rosi yang berharap hari ini nasibnya akan lebih baik.

Menurut panitia, masih ada 600 lembar tiket untuk menonton final badminton yang bisa dibeli. 400 lembar untuk kategori A dengan harga Rp400.000, 200 lembar untuk kategori B seharga Rp200.000. 

Setiap orang hanya boleh membeli maksimal dua lembar tiket.
 
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Fajar Alfian (kiri) dan Muhammad Rian Ardianto (kanan) mengembalikan kok ke arah lawannya, pebulu tangkis ganda putra Jepang Takuto Inoue dan Yuki Kaneko, pada babak semifinal beregu putra Asian Games 2018, di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (21/8/2018). (ANTARA FOTO/Inasgoc/Puspa Perwitasari)


Hari ini, tim putra Indonesia akan berhadapan dengan China pada babak final cabang olahraga bulu tangkis Asian Games 2018 di Istora Senayan Jakarta, Rabu.

Indonesia melaju ke partai puncak setelah mengalahkan Jepang dengan skor 3-1, Selasa (21/8), sementara China menyudahi perlawanan tim kuda hitam Chinese Taipei juga dengan skor 3-1.

Hari ini Indonesia akan bertumpu pada Anthony Ginting, Jonatan Christie, dan Ihsan Maulana Mustofa di sektor tunggal. Kemudian pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dan Fajar Alfian/Rian Ardianto di sektor ganda untuk mengakhiri penantian panjang perolehan medali emas selama 20 tahun.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018