Menurut Kepala Humas dan KIP Universitas Indonesia Rifelly Dewi Astuti di Depok, Rabu, Nadiatus Silmi, Shella Jeniferani Willyam, dan Redita Andini Ayundrisa dengan bimbingan Dr. Ir. Antonius Herry Cahyana memanfaatkan limbah styrofoam untuk membantu reaksi sintesis insektisida dari daun pacar kuku (Lawsonia inermis).
Silmi selaku ketua tim menjelaskan produk insektisida yang selama ini digunakan mengandung senyawa organofosfat dan organoklorin yang termasuk kelompok polutan organik persisten (POP), yang sulit terdegradasi dan bersifat toksik baik terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia.
Kondisi ini menginspirasi ketiga mahasiswi tersebut membuat insektisida alami dengan memanfaatkan daun pacar kuku serta limbah styrofoam atau polistirena dalam reaksi pembuatan insektisida.
"Metode yang digunakan jauh lebih sederhana karena tidak membutuhkan suhu dan tekanan tinggi serta tidak menggunakan pelarut organik berbahaya sehingga lebih hemat biaya dan ramah lingkungan," katanya.
Hasilnya, insektisida alami buatan mereka terbukti dapat membunuh nyamuk dalam waktu kurang lebih tiga menit saja.
"Potensi dari inovasi kami ini dapat dikembangkan menjadi bahan aktif insektisida yang digunakan dalam bentuk sediaan lotion, gel, atau spray," katanya.
Hasil penelitian mereka diharapkan bisa membantu mengurangi penggunaan insektisida berbahaya dan sampah styrofoam, serta meningkatkan kualitas kesehatan dan lingkungan.
Baca juga: Kabar gembira, telah ditemukan insektisida anti-malaria terbaru
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018