Mataram, (ANTARA News) - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, terus berikhtiar agar warga korban gempa bumi yang rumahnya rusak berat mendapatkan hunian sementara dari pemerintah.Sebagian dari pengungsi itu adalah pengungsi permanen karena rumah mereka rusak total dan sebagian pengungsi insidental yakni hanya mengungsi malam hari karena takut tidur di dalam rumah,
"Meskipun dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memberikan kita informasi tidak ada pembangunan hunian sementara, tetapi ikhtiar tidak boleh putus," kata Asisten I Setda Kota Mataram Lalu Martawang di Mataram, Jumat.
Menurutnya, usulan pembangunan hunian sementara kepala lebih seribu unit rumah warga yang rusak berat akibat gempa bumi, dilakukan melalui BNPB yang rencananya akan menggunakan dana siap pakai (DSP).
Namun, apabila ternyata pemerintah tidak mampu membiayai pembangunan hunian sementara bagi warga tersebut, maka pemerintah kota segera menyiapkan skenario penanganan berikutnya.
"Skenario yang kami maksudkan adalah menyiapkan para pengungsi permanen ini tenda yang lebih representatif dan fasilitas pendukung lainnya di sekitar pengungsian," katanya.
Di sisi lain, saat ini tim dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) sudah mulai turun melakukan pembersihan puing-puing rumah warga yang rusak berat.
Berdasarkan data, terdapat empat titik lokasi rumah warga yang mengalami rusak berat yakni di Lingkungan Pengempel Indah, Gontoran, Tegal dan Kamasann dengan jumlah kepala keluarga (KK) lebih dari 1.000.
"Pembersihan puing-puing rumah warga ini dimaksudkan untuk memudahkan sekaligus mempercepat proses pembangunan rumah warga setelah bantuan sebesar Rp50 juta per KK dari pemerintah cair," ujarnya.
Gempa bumi yang melanda Kota Mataram menelan korban 13 orang meninggal dunia, 47 orang warga luka-luka, ribuan rumah pribadi dan fasilitas pemerintah rusak.
Data terakhir tercatat 1.686 unit fasilitas umum, pemerintah dan milik pribadi rusak berat, 1.702 unit rusak sedang dan 2.930 unit rusak ringan.
Selain itu, juga berdampak pada terus meningkatnya jumlah warga yang mengungsi karena takut adanya gempa susulan. Data terakhir jumlah pengungsi kini tercatat 103.389 jiwa.
"Sebagian dari pengungsi itu adalah pengungsi permanen karena rumah mereka rusak total dan sebagian pengungsi insidental yakni hanya mengungsi malam hari karena takut tidur di dalam rumah," katanya.*
Baca juga: PMI Bukittinggi akan kirim satu ton rendang ke Lombok
Baca juga: Polda NTB telusuri penyebar hoaks gempa susulan
Pewarta: Nirkomala
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018