"Dengan banyaknya korban trauma pascagempa di Lombok, maka proses pemulihan perlu dilakukan secara masif," kata Ridwan dalam acara talkshow bertema Lombok, Status Bencana dan Kita di Jakarta, Sabtu.
Menurut Ridwan, banyak warga Lombok korban gempa yang sampai sekarang enggan kembali ke rumahnya masing-masing karena trauma akan terjadinya gempa susulan.
"Mereka sangat khawatir kembali ke rumahnya karena ada tiga sampai empat kali gempa susulan terjadi. Kalau terus-menerus trauma mereka akan lebih tinggi," ujar dia.
Untuk itu, lanjut Ridwan, proses rehabilitasi secara psikologis bagi para korban gempa Lombok pun perlu diperhatikan dan dilakukan dengan seksama.
"Bantuan dari sisi psikologis untuk pascabencana, prosesnya harus menjadi kepedulian bersama untuk ditangani," ucapnya.
Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wisnu Wijaya menyampaikan bahwa situasi di Lombok saat ini sedang dalam masa transisi, yakni dari tanggap darurat ke masa pemulihan.
"Saat ini saya melihat saatnya kita bangkit kembali untuk memperbaiki rumah-rumah, melakukan rehabilitasi, dan renovasi. Saat ini masa transisi dari darurat ke pemulihan," kata dia.
Menurut Wisnu, situasi di Lombok saat ini sudah mulai meningkat cukup baik, dan sudah tidak ada penambahan kerusakan rumah. Namun, sejauh ini diperkirakan lebih dari 76.000 rumah rusak di Lombok akibat gempa.
Selain itu, kata Wisnu, penyaluran bantuan pun terus dilakukan secara sistematis agar bantuan dapat tersalur dengan merata sesuai yang dibutuhkan setiap wilayah di Lombok yang terdampak bencana gempa.
Baca juga: Korban gempa Lombok tetap produksi gula aren
Baca juga: Mensos segera rehabilitasi Lombok setelah gempa
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018