"Untuk memulihkan trauma ini tidak hanya pada anak-anak yang menjadi korban bencana, tetapi juga guru-guru," kata Menteri Pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendy usai menghadiri wisuda sarjana di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu.
Ia menjelaskan guru-guru yang bertugas di daerah terdampak gempa akan dipindahkan ke daerah yang lebih aman, dan para guru yang mengajar di daerah tidak terdampak gempa akan diperbantukan ke daerah terdampak gempa.
Rotasi guru itu akan dilakukan sampai proses pemulihan trauma guru-guru yang terdampak gempa selesai dan hanya akan dilakukan di lingkup sekolah yang berada di wilayah NTB.
"Kami akan lihat dulu, kalau ternyata ada guru yang masih trauma akan kita alihkan. Sementara cukup guru-guru yang ada di NTB saja," kata Muhadjir.
Muhadjir juga mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, termasuk guru-guru dari luar NTB, yang secara spontan langsung bertindak untuk membantu sekolah-sekolah terdampak gempa di Lombok.
"Mereka spontan saja datang ikut membantu. Memang belum sempat kami koordinasikan," katanya.
Dia menjelaskan pula bahwa ada 553 gedung sekolah yang rusak akibat gempa, dari bangunan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas/Kejuruan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan membangun kembali sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berusaha memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.
Pemerintah Kota Malang juga berencana membantu pembangunan kembali sekolah yang rusak akibat gempa di Lombok. Pelaksana Tugas Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan pemerintah kota sedang menggalang dana untuk keperluan itu.
"Saat ini dana yang terkumpul sekitar Rp400 juta. Dana ini merupakan sumbangan dari masyarakat dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkot Malang," katanya.
"Ini yang harus kita bantu karena pendidikan sangat penting bagi masa depan generasi bangsa," ia menambahkan.
Baca juga:
Memulihkan sekolah pascagempa Lombok
Mendikbud cek sekolah terdampak gempa di Lombok Barat
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018