Jakarta (ANTARA News) - Indonesia melalui BUMN Bio Farma dipercaya untuk bekerja sama membantu dalam pengelolaan riset dan produksi vaksin, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman, dengan Tunisia dan Maroko."Indonesia juga bisa belajar dari negara lain apa-apa yang belum kita miliki"
"Bio Farma sudah ditentukan sebagai leading institution dalam produksi vaksin di OIC (Organisasi Kerjasama Islam/OKI)," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro seusai acara penandatanganan kerja sama Indonesia-Maroko-Tunisia yang digelar di Bappenas, Jakarta, Senin.
Menurut Bambang Brodjonegoro, pertemuan pagi ini dalam rangka berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam produksi vaksin, dimana pihak Maroko dan Tunisia ingin belajar lebih dalam. Hal itu akan bermanfaat bagi peningkatan pelayanan kesehatan.
"Kami memperkuat kerja sama selatan-selatan sehingga selain bisa membagi pengetahuan dan pengalaman. Indonesia juga bisa belajar dari negara lain apa-apa yang belum kita miliki," ucapnya.
Ia juga mengemukakan bahwa penguatan kerja sama yang dilakukan hari ini untuk mendorong kemampuan Maroko dan Tunisia dalam produksi vaksin.
Bambang menuturkan, selain dalam bidang farmasi, penguatan kerja sama juga dilakukan antara lain dalam bidang pertanian, seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, serta ada juga yang terkait manufaktur dan manajemen pembangunan fiskal.
Sebagaimana diwartakan, Indonesia dipercaya untuk berbagi pengetahuan mengenai produksi vaksin kepada Maroko dan Tunisia dalam program "Strengthening Indonesia-Morocco-Tunisia Development Cooperation Through Reverse Linkage (RL) Program" yang akan dilaksanakan tanggal 27-30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung.
Kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama Bappenas dengan Badan POM, Kementerian Kesehatan, dan Bio Farma melalui program Reverse Linkage dengan Islamic Development Bank, serta diikuti perwakilan dari Kementerian Kesehatan Tunisia, Institute Pasteur de Tunis, Direktorat obat dan Farmasi Kementerian Kesehatan Maroko, Insitute Pasteur du Maroc, dan Badan Kefarmasian Maroko.
Direktur Utama Bio Farma, M Rahman Roestan memaparkan, selain pertemuan dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas dan jajarannya, dalam kegiatan itu juga akan dipaparkan materi mengenai kebijakan pengembangan kesehatan di Indonesia,
Selain itu ada berbagi pengetahuan mengenai kebijakan kesehatan dan farmasi di Maroko, serta materi dan kunjungan ke Badan POM dan Kementerian Kesehatan.
Pada Selasa, 28 Agustus 2018, bertempat di kawasan Bio Farma di Bandung, Jawa Barat, akan disampaikan paparan dari Dirut Bio Farma tentang strategi penyediaan vaksin untuk kebutuhan nasional dan global.
"Maroko dan Tunisia merupakan anggota dari organisasi kerja sama Islam (OKI), sehingga jangka panjang perlu mempersiapkan diri untuk kemandirian produksi vaksin di negara anggota OKI. Mereka tertarik untuk meningkatkan kemampuannya dalam pengembangan vaksin guna memenuhi kebutuhan vaksin domestik di negaranya," paparnya.
Ia memaparkan, lebih dari 140 negara telah menggunakan produk vaksin Bio Farma terutama negara-negara berkembang, dan 50 diantaranya adalah negara yang tergabung dalam OKI.
Baca juga: Bio Farma kembangkan vaksin MR halal
Baca juga: 26 negera OKI gunakan vaksin MR India
Baca juga: Indonesia tawarkan Yordania kerja sama produksi vaksin
(T.M040/B/R016/C/R016) 27-08-2018 11:44:28
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018