Hal ini dikarenakan Pocophone mampu menghadirkan ponsel dengan spesifikasi setara dengan perangkat flagship, namun dengan harga yang lebih terjangkau.
Saat ditanya mengenai hal ini, Head of Pocophone Global, Alvin Tse, membantah rumor tersebut.
"Kami tidak menggunakan second tier component. Semua komponen datang dari supplier yang bagus. Kami tidak memakai komponen second. Kami ingin pastikan bahwa inovasi ini hadir untuk semua orang," ujar Alvin, dalam sesi tanya jawab usai peluncuran Pocophone F1, di Jakarta, Senin.
Pocophone F1 menjadi ponsel termurah yang membenamkan chipset Snapdragon 845. Dengan RAM 6GB dan ROM 64GB Pocophone F1 ditawarkan dengan harga Rp4,499 juta.
Sebagai perbandingan, Oppo Find X yang juga membenamkan chipset yang sama dari Qualcomm tersebut dibandrol Rp12,999 juta. Demikian pula dengan Asus Zenfone 5Z yang ditawarkan dengan harga Rp6,499 juta, dan LG G7 ThinQ yang dijual Rp11 juta-an.
Pocophone F1 menjadi lebih murah karena Pocophone memangkas fitur yang dirasa tidak terlalu diperlukan oleh pengguna.
"Ketika kompetisi makin meningkat, kini smartphone brand makin menghadirkan fitur smartphone yang sebenarnya tidak relevan dengan konsumen. Yang sebenarnya menambah harga dari smartphone," ujar Alvin.
Sebagai contoh, Pocophone tidak membekali Pocophone F1 dengan teknologi konektivas NFC yang membuat biaya smartphone menjadi mahal.
"Kita bicara tentang semua yang Anda butuh, dan yang tidak. Fitur-fitur lain itu bikin harga lebih mahal. Pocophone enggak harus follow trend, kami fokus ke kebutuhan pengguna saja," kata Alvin.
Lebih dari itu, menurut Alvin, penggunaan NFC sangat rendah, namun harganya mahal.
"Makanya kami tidak hadirkan. Kami hadirkan sesuatu yang paling penting, misalnya otaknya smartphone. Kami buang sesuatu, tapi juga hadirkan sesuatu, misalnya jack headphone, jadi kamu bisa nge-charge sambil mendengarkan musik," ujar dia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018