"Ada beberapa bidang keahlian, kecakapan yang kita punya 'taste' dengan Jepang, misalnya untuk teknologi yang berhubungan dengan robotika, Jepang lebih 'advanced' (maju) menurut kita, karena itu kita ingin mengintensifkan itu termasuk mengirim guru ke sana dan juga 'trainer' (pelatih) nanti yang datang dari Jepang ke sini," kata Mendikbud Muhadjir usai mengadakan pertemuan tertutup dengan Yoshimasa di Kantor Kemdikbud, Senin.
Muhadjir menuturkan pendidikan vokasi itu ditujukan untuk melahirkan putera-puteri bangsa Indonesia yang memiliki keterampilan yang bisa langsung memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar kerja.
"Karena memang banyak teknologi yang ditetapkan di Indonesia ini standarnya standar Jepang termasuk alat-alat kesehatan itu banyak yang menggunakan standar Jepang sehingga tidak 'matched' (sesuai) dengan Eropa karena itu kita harap lulusan kita juga memiliki 'double' (ganda) keterampilan baik dia juga mampu untuk mengikuti standar di Eropa maupun standar yang diterapkan di Asia khususnya Jepang," jelasnya.
Terkait kerja sama dengan National Institute of Technology (KOSEN) Jepang di bidang pendidikan vokasi di Indonesia, Muhadjir menyampaikan kepada pihak Jepang bahwa Kemdikbud telah mengirimkan "draft" ke Kedutaan Besar Jepang di Indonesia untuk disampaikan kepada National Institute of Technology melalui jaringan diplomatik.
Sambil menunggu "draft" ditinjau oleh kedua pihak, dia menggunakan kesempatan itu untuk mengusulkan agar National Institute of Technology dapat menyediakan dan mengirimkan sejumlah ahli ke Direktorat Pendidikan Vokasi dan Teknik Kemdikbud untuk mendukung pengembangan sekolah-sekolah menengah kejuruan di Indonesia.
Muhadjir berharap Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang dapat meangambil tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mendukung Indonesia dalam mewujudkan kerja sama itu.
Baca juga: Penguasaan inovasi jadi penentu kemajuan Indonesia
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018