New York (ANTARA News) - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena beberapa investor mengambil keuntungan dari kenaikan kuat baru-baru ini, tetapi penurunannya dibatasi setelah perjanjian perdagangan AS-Meksiko yang meredakan kekhawatiran tentang ketegangan kedua negara."Pasar sedang mengalami koreksi"
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Oktober turun 0,34 dolar AS menjadi menetap di 68,53 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober, kehilangan 0,26 dolar AS menjadi 75,95 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global menyentuh 76,97 dolar AS pada awal sesi, tertinggi sejak 11 Juli.
Pekan lalu Brent mencatat kenaikan 5,6 persen, sementara WTI meningkat 4,3 persen.
"Pasar sedang mengalami koreksi," kata Phillip Streible, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Harga minyak memperpanjang penurunan tipis dalam perdagangan pasca-penyelesaian, setelah kelompok industri American Petroleum Institute (API) mengatakan bahwa persediaan minyak mentah AS naik tak terduga 38.000 barel pekan lalu menjadi 405,7 juta barel.
Padahal, para analis memperkirakan penurunan 686.000 barel. Data stok mingguan resmi akan dirilis pada pukul 10.30 waktu setempat (14.30 GMT).
Berita bahwa para pekerja di anjungan minyak Total Laut Utara tidak lagi berencana untuk mogok pada 3 September juga membebani pasar.
Namun demikian, kerugian dibatasi oleh berita pada Senin (27/8) bahwa Amerika Serikat dan Meksiko setuju untuk merombak Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
"Ini membuka jalan bagi industri energi di kedua negara untuk hidup berdampingan lebih bebas, dan itu akan bagus untuk permintaan," Bob Yawger, direktur berjangka Mizuho di New York, mengatakan.
Para perunding perdagangan utama Kanada bergabung dengan rekannya dari Meksiko dan AS di Washington pada Selasa (28/8) dalam upaya tetap menjadi bagian dari perjanjian trilateral.
Baca juga: Perombakan perjanjian FTA AS-Meksiko, dongrak kenaikan harga minyak
Harga minyak juga mendapat dukungan dari temuan komite pemantauan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), bahwa negara-negara termasuk Rusia yang berpartisipasi dalam kesepakatan pengurangan produksi telah terus meningkatkan produksi, tetapi pada kecepatan yang lebih moderat daripada yang diperkirakan.
Investor lebih yakin bahwa pasokan akan gagal memenuhi permintaan dalam beberapa bulan mendatang, yang tercermin dari penyempitan dalam diskon, atau spread, antara kontrak berjangka Brent Oktober dan November menjadi sekitar 33 sen AS per barel, setengah dari sebulan yang lalu.
Penyuling independen China telah meningkatkan pembelian minyak asing mereka, setelah kembali dari pemeliharaan musim panas yang panjang untuk bersiap-siap menghadapi peningkatan permintaan bahan bakar musim dingin.
Sementara itu, ekspor minyak mentah dan kondensat Iran pada Agustus diperkirakan turun di bawah 70 juta barel untuk pertama kalinya sejak April 2017, jauh di depan 4 November untuk putaran kedua sanksi-sanksi ekonomi AS.
Baca juga: Muncul data ekonomi baru, kurs dolar diperdagangkan bervariasi
Baca juga: Ekspektasi kenaikan bunga The Fed, picu penurunan harga emas
"Sementara sanksi Iran tetap layak untuk tanda centang bullish, kami tidak memperkirakan adanya berita utama baru yang mampu mengayunkan faktor ini lebih jauh ke dalam kolom bullish," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan seperti dilansir Reuters.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018