Khalawi Abdul Hamid dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, menyatakan bahwa pihaknya telah menawarkan teknologi Risha kepada para pengembang perumahan.
"Kami sudah mengundang para pengembang serta asosiasi pengembang yang ada di Indonesia untuk melihat langsung teknologi RISHA," katanya.
Menurut dia, adanya teknologi RISHA ini akan mempermudah dan mempercepat pembangunan rumah dan yang penting adalah tahan gempa.
Selain itu, teknologi ini dinilai sangat mudah untuk diaplikasikan juga dapat digunakan untuk pembangunan perumahan di daerah terpencil yang sulit untuk menemukan bahan material bangunan.
"Kami terus mendorong pemanfaatan dan aplikasi Risha yang merupakan hasil penelitian yang dikembangkan oleh Balitbang PUPR. Dan ini juga upaya pemerinmtah untuk mendorong capaian Program Satu Juta Rumah," jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa pihaknya juga sudah membangun Risha untuk daerah perbatasan dan wilayah rawan bencana seperti di Aceh dan Sinabung, Sumatera Utara.
Sebagaimana diwartakan, Kementerian PUPR menyatakan bahwa program bantuan seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sangat mendukung untuk tercapainya program satu juta rumah per tahun dari pemerintah.
"Program bantuan pembiayaan perumahan tersebut untuk mendukung tercapainya target program satu juta rumah sebagai upaya mengurangi backlog ketersediaan rumah di Indonesia," kata Direktur Utama Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Budi Hartono.
Dia memaparkan Penyaluran KPR FLPP dilakukan oleh Badan Layanan Umum (BLU) PPDPP yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri PUPR melalui kordinasi dengan Ditjen Pembiayaan Perumahan.
Untuk bisa memiliki rumah dengan KPR FLPP, sejumlah syarat antara lain besar penghasilan maksimal Rp4 juta untuk rumah tapak dan Rp7 juta untuk rumah susun, belum memiliki rumah dan belum pernah menerima subsidi pemerintah untuk pemilikan rumah.
Baca juga: Dicari sukarelawan pendamping rekonstruksi rumah pascagempa Lombok
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018