OJK: Stabilitas jasa keuangan masih terkendali

30 Agustus 2018 12:54 WIB
OJK:  Stabilitas jasa keuangan masih terkendali
OJK (ANTARA Foto)

"Tingkat inflasi berada pada level yang terkendali"

Jakarta (ANTARA News) -  Rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dalam kondisi terjaga, di tengah tekanan yang terjadi di pasar keuangan emerging markets.

Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK, Anto Prabowo, dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis mengatakan di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2018 menunjukkan perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Tingkat inflasi berada pada level yang terkendali," katanya.

Selain itu, lanjut dia, kinerja korporasi dalam negeri juga masih memadai, antara lain tercermin dari kinerja keuangan emiten Bursa Efek Indonesia yang sebagian besar mencatat perbaikan.

Namun, ia mengatakan, beberapa waktu terakhir faktor risiko di pasar keuangan global kembali meningkat, yang dipengaruhi oleh ekspektasi kelanjutan kenaikan Fed Funds Rate dan gejolak pasar keuangan Turki.

Hal ini memicu peningkatan tekanan di pasar keuangan emerging markets, khususnya di negara-negara yang mengalami ketidakseimbangan eksternal.

"Di tengah peningkatan tekanan di pasar keuangan global, pasar modal domestik pada Agustus 2018 terpantau masih relatif stabil," paparnya.

Per 24 Agustus 2018 tercatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan sebesar 0,5 persen secara mtd (month to date/mtd), ditopang oleh masuknya investor domestik.

Sedangkan di pasar Surat Berharga Negara, ia menyampaikan, yield tenor jangka pendek, menengah, dan panjang meningkat masing-masing sebesar 128 bps, 162 bps, dan 122 bps. Pada periode itu, investor nonresiden mencatat penjualan bersih di saham sebesar Rp2,5 triliun, dan pembelian bersih di SBN sebesar Rp8,2 triliun.

Sementara itu, lanjut dia, kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada Juli 2018 secara umum masih bergerak positif. Kredit perbankan dan piutang pembiayaan masing-masing tumbuh sebesar 11,34 persen yoy dan 5,53 persen yoy, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (10,75 persen dan 5,18 persen).

Dari sisi penghimpunan dana tercatat, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,89 persen yoy (Juni 6,99 persen). Premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 23,6 persen yoy dan 14,8 persen yoy.

Di pasar modal, penghimpunan dana oleh korporasi pada periode Januari-Juli 2018 telah mencapai Rp108 triliun, dengan emiten baru sebesar 35 perusahaan. Total dana kelolaan investasi hingga akhir Juli 2018 telah mencapai Rp717,6 triliun, meningkat 4,63 persen dibandingkan akhir tahun 2017.

"Di tengah berlanjutnya volatilitas di pasar keuangan dalam negeri, profil risiko lembaga jasa keuangan (risiko kredit, pasar, dan likuiditas) masih terjaga pada level yang manageable," kata Anto Prabowo.

Menurut dia, dinamika di pasar keuangan diperkirakan masih akan berlanjut seiring masih tingginya "downside risk" di lingkup global.

Ia mengatakan beberapa faktor risiko yang menjadi perhatian di antaranya adalah perkembangan suku bunga dan likuiditas global, gejolak di pasar keuangan emerging markets, dan tensi perang dagang.

"OJK akan mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas sektor jasa keuangan nasional serta memperkuat koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait," katanya.

Baca juga: Kenaikan pasar saham global iringi penguatan IHSG
Baca juga: Dolar melemah di tengah revisi pertumbuhan ekonomi AS
Baca juga: Rupiah diperkirakan bergerak kisaran Rp14.600-Rp14.660/dolar



 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018