"Tembakau kita diminati di luar negeri untuk masuk pabrikan," kata Ketua APTI Jabar Nana Suryana usai perlombaan rajang tembakau di Pendopo Kabupaten Garut, Sabtu.
Ia menuturkan, tembakau dari Jabar sudah mampu ekspor ke Malaysia, Brunei, Filipina dan Jerman dengan jenis tembakau hitam, mole dan krosok.
Ekspor tembakau itu, kata dia, setiap tahunnya terjadi peningkatan, terakhir pada 2017 mampu mengekspor tembakau sebanyak tiga ribuan ton.
"Kalau ekspor ini sudah lama, dan setiap tahunnya meningkat, pada 2017 kami mengirim tiga ribu ton tembakau," katanya.
Ia mengungkapkan, permintaan pasar luar negeri itu baru terpenuhi oleh petani tembakau di Jabar sebesar 11 persen, atau masih kecil dari jumlah permintaan ekspor.
Menurut dia, belum terpenuhinya permintaan pasar luar negeri itu karena masih minimnya produktivitas akibat terbatasnya lahan perkebunan tembakau di Jabar.
"Kita kekurangan areal lahan tembakau yang saat ini baru 11.921 hektare, idealnya 70 ribuan hektare, jadi saat ini baru tercapai permintaan ekspor 11 persenan," katanya.
Ia berharap, tingginya permintaan tembakau di pasar internasional tersebut menjadi kesempatan bagi petani untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Menurut dia, peluang pasar itu harus didukung oleh pemerintah dengan mendorong petani di daerah untuk membuka lahan baru tanaman tembakau.
"Permintaan pasar luar negeri maupun dalam negeri memang besar, mudah-mudahan ke depan lahannya bertambah," katanya.
Baca juga: Emil janji perkuat ekspor tembakau di Jatim
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018