• Beranda
  • Berita
  • Sisi buruk diet rendah karbohidrat dalam jangka panjang

Sisi buruk diet rendah karbohidrat dalam jangka panjang

3 September 2018 08:35 WIB
Sisi buruk diet rendah karbohidrat dalam jangka panjang
Nasi Goreng (Pixabay)
Jakarta (ANTARA News) - Diet rendah karbohidrat bukan cara terbaik menjaga kesehatan dalam jangka panjang, menurut sebuah studi yang presentasikan dalam European Society of Cardiolog Congress di Jerman beberapa waktu lalu.

Para peneliti menemukan, diet sangat rendah karbohidrat bisa meningkatkan risiko seseorang berhadapan dengan kematian.

"Pesannya jelas. Kita harus menghindari diet dengan kadar karbohidrat rendah dan bahkan sangat rendah, terutama yang jumlah asupan kalorinya kurang dari 26 persen," ujar penulis studi dari Polish Mother’s Memorial Hospital Research Institute, Maciej Banach.

Diet rendah karbohidrat belakangan menjadi populer khususnya bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Namun, studi dalam jurnal Lancet menemukan bahwa karbohidrat dalam jumlah cukup merupakan asupan terbaik untuk harapan hidup lebih lama.

Hal ini juga menunjukkan bahwa kehilangan berat badan karena diet rendah karbohidrat justru berdampak buruk bagi kesehatan jangka panjang.

Untuk sampai pada kesimpulan ini, sebuah studi yang tidak dipublikasikan mengumpulkan data kesehatan 25 ribu orang dari tahun 1999 dan 2010.

Peneliti menemukan, lebih dari rata-rata 6,4 tahun pengataman, mereka yang asupan karbohidratnya terendah berisiko 32 persen menghadapi kematian, 50 persen lebih tinggi sekarat karena penyakit vaskular dan 36 persen lebih tinggi karena kanker, ketimbang orang yang asupan karbohidratnya paling banyak.

Peneliti juga mengamati tujuh studi berbeda mengenai karbohidrat dan kesehatan yang melibatkan 447.500 orang. Hasilnya, diet rendah karbohidrat berhubungan dengan 15 persen lebih tinggi risiko kematian, 13 persen lebih tinggi meninggal karena masalah kardiovaskular.

Lalu, 8 persen lebih tinggi kematian akibat kanker, dibandingkan mereka yang diet tinggi karbohidrat.

Banach mengatakan, berdasarkan studi kasus ini, orang-orang mengalami masalah yakni ternutrisi namun mengganti karbohidrat dengan daging dan produk-produk susu.

Diet tinggi produk hewani versus produk nabati bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit jantung dan daging diproses berhubungan dengan kanker.

"Nutrien alami untuk asupan sehari-hari sangat penting. Karenanya, membatasi satu dari nutrien ini bisa membahayakan kesehatan kita," tutur Banach.

Di sisi lain, ahli diet teregistrasi dari NYU Langone’s Weight Management Program, Despina Hyde sependapat dengan ini.

"Saat Anda tak makan karbohidrat, Anda harus makan sesuatu. Kita mengonsumsi protein dan lemak lebih tinggi (dalam diet rendah karbohidrat). Karbohidrat adalah sumber serat dan serat sangat bagus untuk menurunkan risiko terkena kanker payudara, menurunkan kadar kolesterol dan membuat kita kenyang lebih lama," kata dia.

Hyde merekomendasikan asupan karbohidrat pada menu makan kita.

"Pilihlah biji-bijian utuh, karbohidrat tingi serat seperti buah-buahan, biji gandum, --tidak perlu roti, pasta atau kue-kue kering," tutur dia seperti dilansir Time.

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018