Analis Riset FXTM Lukman Otunuga di Jakarta, Senin mengatakan bahwa gejolak ekonomi di Turki dan Argentina telah membebani mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
"Meskipun Bank Indonesia melakukan intervensi dalam upaya untuk mempertahankan rupiah, namun kuatnya sentimen negatif eksternal menghalangi upaya BI untuk melindungi mata uang domestik," katanya.
Ia menambahkan bahwa masih adanya ketegangan perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok, dan spekulasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang semakin tinggi mengikis selera untuk mata uang negara berkembang.
"Di tengah situasi itu dapat membuat rupiah terdepresiasi lebih lanjut," katanya.
Ia mengatakan bahwa sejumlah pelaku pasar uang kini menanti kebijakan Bank Indonesia ke depannya, apakah akan menaikkan suku bunga lagi tahun ini atau ada kebijakan lain.
"Itu adalah salah satu pertanyaan sejumlah pelaku pasar," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (3/9), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.767 dibanding sebelumnya (31/8) di posisi Rp14.711 per dolar AS.
Baca juga: Dibayangi sentimen negatif, rupiah berpotensi kian melemah
Baca juga: Kurs rupiah stagnan, bertengger Rp14.689
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018