Kementan ungkap prospek bisnis bunga hias

4 September 2018 06:12 WIB
Kementan ungkap prospek bisnis bunga hias
Bunga Anggrek (ANTARA FOTO/Agus Bebeng)

"Bunga nusantara yang tidak kalah menarik dan bernilai ekonomis adalah bunga anggrek"

Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan)  Suwandi menilai tanaman hias terutama pada bunga krisan, lily, dan anggrek, menjadi peluang bisnis ekspor yang menjanjikan.

Hal itu diungkapkannya saat melakukan kunjungan ke Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Kementerian Pertanian Cipanas dan beberapa lokasi persemaian bibit dan bunga di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin. 

"Bunga nusantara yang tidak kalah menarik dan bernilai ekonomis adalah bunga anggrek. Produksi anggrek sekitar 20 juta tangkai per tahunn. Tahun 2017 ekspor 43,3 ton anggrek," kata Suwandi melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Ia menilai peluang bisnis tanaman hias yang menjanjikan ada pada bunga krisan, lily, dan Anggrek. Hal itu diungkapkannya setelah melihat sentra budidaya dan pengembangan tanaman hias di Cianjur. Berbagai jenis benih bunga indukan impor seperti bunga lily dikembangkan di wilayah ini. 

Bunga lily hasil pengembangan bibit indukan impor ini masuk ke pasar lokal, seperti Jakarta dan Bali, dengan harga jual yang tergolong tinggi yaitu antara Rp100 ribu sampai Rp135 ribu per ikat.  Sebagian sudah diekspor walau jumlahnya masih 2,4 ton pada 2017.

Suwandi menambahkan bahwa Indonesia sendiri dikenal sebagai pusat keanekaragaman genetik anggrek terbesar di dunia.

Seperlima dari total plasma nutfah anggrek dunia berada di Indonesia, termasuk beberapa jenis anggrek lokal yang sudah tergolong langka seperti anggrek hitam Kalimantan dan anggrek Papua. Karenanya, Kementan menilai upaya pemuliaan juga menjadi sangat krusial untuk pelestarian spesies lokal. 

"Anggrek juga dikembangkan melalui persilangan, baik dengan sesama spesies lokal, maupun luar. Salah satu tujuan keanekaragaman ini adalah untuk memperbanyak jenis anggrek, juga untuk keperluan bisnis," kata Suwandi.

Baca juga: Jepang ternyata gemar bunga asal Sukabumi
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018