"Ini bukan bagian dari Prabowo. Saya ingin klarifikasi karena gerakan ini jauh hari sebelum Prabowo menjadi capres, ini bukan buatan Prabowo, bukan," katanya dalam diskusi di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, gerakan ini lahir dari masyarakat karena menyikapi situasi dan keadaan yang terjadi. Situasi masyarakat bawah yang merasakan kenaikan harga bahan-bahan pokok dan BBM membuat masyarakat bereaksi.
Untuk itu, menurut dia, pemerintah tidak perlu takut atau berlebihan dalam menyikapi. Cukup dengan menjawab tuntutan masyarakat tersebut.
"Tak perlu dipersekusi, kalau pemerintah mampu menjawab tuntutan itu, harga-harga lebih baik, masyarakat merasa kehidupan tidak terlalu berat, lapangan kerja tersedia, kesejahteraan meningkat, saya yakin gerakan ini juga tidak akan besar," katanya.
Ia mengatakan bahwa gerakan tersebut merupakan hak masyarakat untuk mengungkapkan pendapat sesuai dengan konstitusi dan demokrasi.
Untuk itu, dia mengecam tindakan yang melarang dan melakukan persekusi terhadap gerakan itu.
Pengamat Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti dalam kesempatan itu juga menyatakan tidak setuju dengan tindakan berlebihan pelarangan, pembubaran, dan persekusi atas gerakan tersebut. Karena hal itu tidak demokratis.
Meskipun demikian, menurut dia, tagar tersebut juga tidak mencerdaskan masyarakat justru berujung sloganistis. Akibatnya, masyarakat demokratis yang seharusnya disuguhi oleh gagasan-gagasan dan ide-ide yang dipertarungkan, ditumpulkan hanya menjadi sekadar ganti presiden.
Menurut dia, tagar tersebut bisa dimaklumi saat sebelum capres mengerucut menjadi dua sekarang yang telah mendaftar ke KPU. Namun, kini dengan dua pasangan yang telah mendaftarkan ke KPU tentu publik harusnya diberi tahu, siapa presiden yang ingin diusung dan apa visi, misi, dan gagasan-gagasannya.
"Sekarang, ya, kalau tidak Pak Jokowi, ya. Pak Prabowo. Gagasan apa yang dibawa sehingga harus ganti presiden ini harus disampaikan, kalau tidak mendukung calon, presidennya bukan Pak Jokowi atau Pak Prabowo, misalnya, lalu siapa, idenya apa, gagasannya seperti apa," katanya.
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018