"Indonesia perlu memperbaiki infrastruktur, perlu melakukan refarming (penataan ulang pita frekuensi radio) 3G ke 4G," ujar Cattanach dalam temu media di Jakarta, Selasa.
Dalam membangun infrastruktur, letak geografis menjadi tantangan bagi Indonesia. "Cukup rumit untuk mengimplementasikan teknologi di sini," kata Cattanach.
Meski begitu, menurut Cattanach, saat ini merupakan saat yang tepat bagi Indonesia untuk membangun 5G. Pasalnya, Indonesia memiliki jutaan sumber daya manusia yang bertalenta.
Lebih dari itu, Cattanach mengatakan bahwa teknologi 5G menjadi kunci untuk Industri 4.0. Bahkan, dia menyebut bahwa 5G dapat membantu Indonesia untuk meningkatkan produktivitas lebih dari dua kali lipat.
Teknologi 5G Nokia
Indonesia menjadi salah satu pasar yang diprioritaskan Nokia. Perusahaan asal Finlandia itu menghadirkan jaringan 5G berbasis kecerdasan buatan (AI).
Pada teknologi ini machine learning disematkan ke bagian non-real time (NRT) dalam BTS, lalu mengumpulkan ilmu dari setiap peristiwa di jaringan, memetakan kualitas secara cerdas untuk pengguna dan merekomendasikan tindakan-tindakan kritis.
Fitur baru ini memungkinkan jaringan kognitif secara otonom mempelajari keputusan optimalisasi data live pada skala waktu yang melebihi kemampuan manusia. Lalu mengerucutkan masalah terpenting guna meningkatkan pengalaman pelanggan.
Bagi konsumen, teknologi ini dapat mengurangi kerumitan troubleshooting dan optimalisasi, mengoptimalkan jaringan dengan lebih cepat dan lebih akurat, memastikan konsistensi pengalaman pelanggan dan mendukung layanan baru guna meningkatkan pendapatan.
"Indonesia sedang membangun infrastruktur 5G, tapi harus dipercepat karena negara ini besar. Kami mendukung setiap telco untuk beralih dari 3G ke 4G, bahkan 5G," ujar Cattanach.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018