Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengkonfirmasi kesediaannya sebagai salah satu pembicara dalam salah satu sesi Sidang Umum Konferensi Perempuan Internasional (ICW ) ke-35 di Yogyakarta pada 13-19 September 2018.Saya diminta KOWANI untuk berbicara tentang peran perempuan di Rusia, dan sedikit latar belakang mengenai hal itu, sejarah Rusia selalu memiliki figur perempuan kuat yang telah memimpin negeri kami, antara lain Marina Makarova dan Cathetrine Yang Agu
"Ini adalah pertemuan penting yang akan membahas pemberdayaan perempuan dan peran perempuan di dunia modern, yang merupakan isu yang sangat penting," kata Dubes Vorobieva dalam jumpa pers di kediaman Duta Besar Rusia di Jakarta, Rabu.
Vorobieva yang menyerahkan surat kepercayaan sebagai duta besar Rusia kepada Presiden Joko Widodo pada Februari 2018 itu diundang oleh Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) sebagai salah satu pembicara dari kalangan perempuan diplomat asing di Indonesia bersama Duta Besar Fiji Seleima Dikawakawayali Veisamasam, Duta Besar Afghanistan Roya Rahmani dan Duta Besar Panama Deborah Ho Ng de Cogley.
"Saya diminta KOWANI untuk berbicara tentang peran perempuan di Rusia, dan sedikit latar belakang mengenai hal itu, sejarah Rusia selalu memiliki figur perempuan kuat yang telah memimpin negeri kami, antara lain Marina Makarova dan Cathetrine Yang Agung, keduanya merupakan perempuan berpengaruh yang berperan dalam membentuk Rusia seperti saat ini," kata Vorobieva.
Marina Makarova merupakan tokoh penggerak revolusi dan Catherine Yang Agung merupakan kaisar perempuan dengan masa bertahta yang paling lama di Rusia.
Di masa yang lebih modern, peran perempuan Rusia juga sangat penting di masa-masa sulit setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, terutama di bidang ekonomi yang ditandai dengan banyaknya industri yang bangkrut dan tingkat pengangguran yang tinggi.
"Keruntuhan Uni Soviet telah membuat perubahan yang sangat drastis pada kehidupan rakyat Rusia secara luas, tapi perempuan dapat menyikapi perubahan itu dengan lebih baik ketimbang para pria karena perempuan cenderung memikirkan bagaimana agar keluarga atau anak-anak mereka dapat bertahan hidup, sedangkan laki-laki cenderung menjadi patah semangat dan frustasi di tengah situasi yang sulit itu," kata Vorobieva.
Ibu dari seorang putri tersebut menambahkan tidak semua laki-laki Rusia seperti itu, namun di masa pascakeruntuhan Uni Soviet, banyak perempuan yang mulai membangun UKM untuk bertahan di tengah situasi ekonomi yang sulit, dan bisnis mereka bertahan dan bahkan berkembang hingga kini.
Selain itu, Vorobieva juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan tinggi bagi perempuan Rusia, dan pemerintah terus mendorong perempuan untuk mencapai karir yang lebih tinggi, baik di sektor swasta maupun pemerintahan, salah satu figur yang terkenal adalah VAlentina Matviyenko yang menjabat sebagai ketua Parlemen Rusia.
"Jadi ini adalah tradisi di negara kami bahwa para perempuan memiliki pendidikan tinggi yang baik dan aktif berkontribusi dalam pembangunan," kata dia.
Sidang Umum ICW ke-35 akan dibuka Presiden Joko Widodo dan dihadiri sekitar 300 anggota delegasi dari 80 negara, perwakilan dari seribu organisasi perempuan di Indonesia, dan tokoh-tokoh perempuan dari berbagai bidang.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018