• Beranda
  • Berita
  • Jepang akui kematian pertama pekerja akibat radiasi Fukushima

Jepang akui kematian pertama pekerja akibat radiasi Fukushima

5 September 2018 22:18 WIB
Jepang akui kematian pertama pekerja akibat radiasi Fukushima
Anggota media dan pegawai Perusahaan Listrik Tokyo (TEPCO) menggunakan pakaian pelindung dan masker berjalan menuruni tangga mesin pemeliharaan bahan bakar pada kolam bahan bakar di dalam reaktor no 4 pembangkit listrik Fukushima Daichi milik TEPCO yang rusak akibat tsunami di perfektur Fukushima, Kamis (7/11). Pemerintah Jepang menyetujui rencana Tepco pada 30 Oktober lalu untuk menarik ribuan batang bahan bakar nuklir dari kolam reaktor No 4. Berisi radiasi setara dengan 14.000 kali jumlah yang dilepaskan pada serangan bom atom Hiroshima 68 tahun lalu, lebih dari 1.300 batang bahan bakar bekas dirakit erat untuk dipindahkan dari gedung yang rentan roboh bila kembali terjadi gempa di wilayah tersebut. (REUTERS/Tomohiro Ohsumi/Pool)
Tokyo (ANTARA News) -  Jepang mengakui pertama kali bahwa seorang pekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, yang dihancurkan gempa dan tsunami lebih dari tujuh tahun lalu, meninggal akibat paparan radiasi.

Gempa berkekuatan 9,0 pada skala Richter melanda pada Maret 2011 dan memicu tsunami, yang menewaskan sekitar 18.000 orang dan menjadi bencana terburuk nuklir di dunia sejak Chernobyl 25 tahun sebelumnya.

Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan pada Jumat memutuskan ganti rugi harus diberikan kepada keluarga pria berusia 50-an itu, yang meninggal akibat kanker paru-paru, kata pejabat kepada Reuters melalui telepon.

Pekerja itu telah menghabiskan karirnya bekerja di pembangkit nuklir di seputar Jepang dan bekerja di pembangkit Fukushima Daiichi itu, yang dikelola Tokyo Electric Power, sedikit-dikitnya dua kali sesudah pembangkit tersebut meleleh pada 2011.

Ia didiagnosis mengidap kanker pada Februari 2016, kata pejabat tersebut.

Kementerian itu sebelumnya menyatakan paparan radiasi mengakibatkan penyakit pada empat pekerja di Fukushima, kata pejabat tersebut. "Itu adalah kematian pertama," katanya.

Lebih dari 160.000 orang dipaksa meninggalkan rumah sesudah terjadi kehancuran di pembangkit itu.

Ratusan kematian dikaitkan dengan kekacauan pengungsian selama kemelut itu dan karena kesulitan dan trauma mental, yang dialami pengungsi sejak saat itu, tapi pemerintah menyatakan radiasi bukan penyebabnya.

Tokyo Electric menghadapi serangkaian perkara hukum, yang memperjuangkan ganti rugi atas bencana tersebut.

Editor: Boyke S/M. Anthoni

Pewarta: Antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018