• Beranda
  • Berita
  • Masuki resesi, mata uang Afrika Selatan jatuh lebih dalam

Masuki resesi, mata uang Afrika Selatan jatuh lebih dalam

6 September 2018 07:34 WIB
Masuki resesi, mata uang Afrika Selatan jatuh lebih dalam
Ilustrasi: Sindiso Nyoni, kelahiran Zimbabwe, memperlihatkan 1 ons emas murni koin 5 rand yang ia rancang, saat South African Reserve Bank (SARB) meluncurkan set edisi terbatas uang kertas dan koin emas dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Nelson Mandela, di Pretoria, Afrika Selatan, Jumat (13/7/2018). (REUTERS/Mfuneko Toyana)

"Pelemahan PDB yang tak terduga pada kuartal terakhir datang sebagai pukulan bagi Presiden Cyril Ramaphosa"

Johannesburg (ANTARA News) - Mata uang rand Afrika Selatan jatuh lebih jauh terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (5/9) waktu setempat, memperpanjang penurunan tajam dari sesi sebelumnya, karena ekonomi negara tersebut memasuki resesi.

Pada pukul 07.10 GMT, rand diperdagangkan pada 15,5400 terhadap dolar AS, nilai itu 1,2 persen lebih lemah dari penutupan pada Selasa (4/9). Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Statistik Afrika Selatan mengatakan pada Selasa (4/9) bahwa produk domestik bruto (PDB) turun 0,7 persen pada kuartal kedua, setelah mengalami kontraksi 2,6 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Pelemahan PDB yang tak terduga pada kuartal terakhir datang sebagai pukulan bagi Presiden Cyril Ramaphosa, yang mencoba untuk menghidupkan kembali ekonomi dan merayu para investor asing.

Angka PDB pada Selasa (4/9) menyebabkan banyak ekonom memangkas perkiraan pertumbuhan  Afrika Selatan dalam setahun penuh.

Rand juga telah tertekan oleh suasana risk-off (penghindaran risiko) yang telah melanda pasar global di tengah gejolak keuangan di Turki dan Argentina.

Mata uang negara-negara berkembang lainnya seperti rubel Rusia juga turun terhadap dolar AS pada hari Rabu (5/9).

Baca juga: Analis: Sentimen negatif tinggi, akan cukup mudah rupiah tembus Rp15.000

Baca juga: Mata uang peso Argentina terus merosot


Di pasar saham, indeks Top-40 turun 0,9 persen pada awal perdagangan, sementara indeks saham-saham yang lebih luas turun 0,8 persen.

Obligasi pemerintah juga tergelincir, dengan imbal hasil (yield) pada instrumen acuan jatuh tempo pada 2026 naik 13 basis poin di 9,340 persen.
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018