Raden Saleh yang tak pernah "mati"

6 September 2018 12:20 WIB
Raden Saleh yang tak pernah "mati"
Seorang pengunjung Galeri Nasional Singapura memandangi lukisan karya Raden Saleh yang berjudul Kebakaran Hutan (1849) yang dipamerkan di galeri tersebut. Lukisan itu menggambarkan hewan liar yang dikejar api hingga ke tepi jurang.(Foto Antara/Indriani)

Itu merupakan lukisan yang luar biasa. Seakan benar-benar nyata

Singapura (ANTARA News) - Raden Saleh tak akan pernah "mati". Meskipun secara fisik pelukis ternama asal Indonesia itu telah meninggal lebih dari satu abad yang lalu, namun karyanya tetap hidup hingga saat ini.

Jika sedang berada di Singapura, singgahlah sejenak di National Gallery Singapore atau Galeri Nasional Singapura. Di tempat itu, anda akan menemukan Raden Saleh seakan "hidup" kembali.

Lukisan karya Raden Saleh yang berjudul Kebakaran Hutan (1849) menarik perhatian pengunjung. Tidak hanya karena ukurannya yang besar dibandingkan lukisan lainnya, tapi karena lukisan tersebut memberikan pengalaman berbeda pada pengunjung.

Asisten Direktur Komunikasi Galeri Nasional Singapura, Susie Lim-Kannan, mengatakan ia paling senang berlama-lama memandangi lukisan karya pelukis beraliran Romantisisme itu.

"Itu merupakan lukisan yang luar biasa. Seakan benar-benar nyata," kata Susie.

Lukisan itu seakan-akan membawa pengunjung pada dunia liar. Lukisan tersebut memiliki ukuran 300 x 396 cm dan dilukis pada 1849.

Lukisan tersebut menggambarkan hewan liar yang "dikejar" oleh kebakaran hutan hingga ke bibir jurang. Lukisan tersebut berlatar belakang di Pulau Jawa. Lukisan itu merupakan hadiah Raden Saleh kepada Raja Belanda William III pada 1850.

Lukisan itu dijual keluarga kerajaan Belanda pada 2014 ke Galeri Nasional Singapura. Sebelum dijual oleh pihak Kerajaan Belanda, lukisan itu ditemukan di sebuah depot di Rijkswijk dengan kondisi yang "menyedihkan". Tempat yang merupakan bagian dari Instituut Collectie Nederland, mengelola benda seni milik Kerajaan Belanda. Lukisan itu merupakan koleksi pribadi Ratu Juliana.

Saat ditanya berapa nilai transaksi lukisan tersebut, pihak Galeri Nasional Singapura enggan membukanya.

Humas dan hubungan media Galeri Nasional Singapura, Melissa Chow, mengatakan setidaknya ada sembilan lukisan karya pelukis keturunan Arab dan Jawa, yang terpajang di galeri yang beralamat di Jalan St Andrew 1 tersebut.

Namun dari jumlah tersebut, hanya empat yang dimiliki oleh Nasional Galeri Singapura yakni Wounded Lion atau Singa Terluka (dilukis pada 1838), Shipwreck in Storm atau Kapal Dilanda Badai (1839), Ship in Distress atau Kapal Karam (1842), dan Boschbrand (Forest Fire) atau Kebakaran Hutan (1849).

"Kami juga memamerkan lima lukisan Raden Saleh lainnya, yang berasal dari pinjaman pihak lain," kata Melissa

Lukisan tersebut yakni River Valley in Java with Mt Gede and Pangrango in the Background atau Lembah Sungai dengan Latar Belakang Gunung Gede Pangrango (1871), Merapi, Eruption by Day atau Letusan Merapi pada Siang Hari (1865), Merapi, Eruption by Night atau Letusan Merapi pada Malam Hari (1865), Six Horsemen Chasing Deer atau Enam Penunggang Kuda Menangkap Rusa (1860), dan Javanese Temple in Ruins atau Reruntuhan Candi Jawa (1860).

Belum Pernah Ditampilkan

Dari sembilan lukisan Raden Saleh tersebut, terdapat dua lukisan yang belum pernah ditampikan sebelumnya. Dua lukisan itu berjudul Enam Penunggang Kuda Menangkap Rusa (1860) dan Reruntuhan Candi Jawa (1860).

Melissa menerangkan lukisan itu merupakan dipinjamkan dari Galeri Smithsonian Washington DC untuk jangka waktu lama.

"Pada akhir 1850-an, Raden Saleh ditugaskan oleh pengusaha asal Skotlandia, Alexander Fraser, untuk melukis empat pemandangan di Jawa," terang Melissa.

Pada 1879, Fraser kemudian pindah ke London dan membawa dua lukisan tersebut. Lukisan itu kemudian diwariskan pada keponakan istrinya, Sally Burbank Swart, yang pada 1925 menghibahkan lukisan itu pada Museum Smithsonian.

Dua lukisan itu kemudian diserahkan ke Museum Seni Amerika pada 1985. Dua lukisan itu diketahui merupakan hanya satu-satunya lukisan karya Raden Saleh yang ada di Amerika Serikat.

"Sampai hari ini, pihak Museum Smithsonian belum menemukan kesempatan yang pas untuk memajang lukisan karya Raden Saleh di museum mereka," terang dia.

Kedua lukisan tidak pernah ditampilkan ke hadapan publik hingga pameran "Between Worlds: Raden Saleh and Juan Luna" yang digelar pada tahun lalu.

"Jadi dua lukisan ini sebelumnya, benar-benar tidak pernah ditampilkan sebelumnya," tutur Melissa.

Kini, kedua lukisan tersebut ditampilkan di Galeri UOB Asia Tenggara.

Tidak hanya Raden Saleh, galeri yang merangkum karya seni seniman di Asia itu juga menampilkan lukisan karya pelukis ternama asal Indonesia lainnya, seperti Basoeki Abdullah, Trisno Sumarjo, Suromo, bahkan karya presiden pertama Indonesia, Sukarno.

Untuk masuk ke galeri itu, pengunjung asing dikenakan tiket seharga 20 dolar Singapura atau sekitar Rp216.000.

Seorang pengunjung asal Pakistan, Sana Jamal, mengaku kagum dengan lukisan karya Raden Saleh yang berjudul Kebakaran Hutan.

"Lukisan itu menggambarkan dunia liar yang sangat indah. Menurut saya, karya seni ini lebih hebat dibandingkan sebenarnya dan sangat detail. Contohnya Raden Saleh menggambarkan mata harimau yang mengerikan, hal itu memberikan pengalaman yang realistis bagi pengunjung," jelas Sana.

Sana berharap ke depan, Galeri Nasional Singapura lebih banyak menampilkan karya-karya seniman bermutu lainnya.

Baca juga: Hal baru terungkap dari restorasi lukisan Raden Saleh
 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018