Jakarta, (ANTARA News) - Anak-anak terdampak gempa bumi di Sembalun Lawang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, memanfaatkan keberadaan rumah baca Sembalun Lombok Love Library untuk mengetahui terjadinya gempa tektonik melalui koleksi buku yang ada.Setelah gempa, respons orang tua atas keberadaan rumah baca ini semakin bagus setidaknya bisa memulihkan trauma anak-anaknya,
"Sekarang ini banyak anak-anak yang membaca buku enksilopedia gempa bumi," kata pendiri Rumah Baca Sembalun Lombok Love Library, Rosyidin Sembaluhun kepada Antara, Kamis malam.
Mereka membaca buku enksilopedia gempa bumi sembari didampingi orang tuanya. Bukan hanya anak-anak saja, tidak sedikit remaja juga turut membaca buku itu. "Rata-rata usianya antara 8 tahun sampai 20 tahun yang ingin mengetahui proses terjadinya gempa," katanya.
Pasca gempa pada 19 Agustus 2018 berkekuatan 6,9 Skala Richter (SR), semakin banyak yang mendatangi rumah baca yang didirikannya itu. "Sebelum gempa yang datang anak-anak sebanyak sekitar 40 orang, saat ini bisa mencapai 60 orang lebih," katanya.
Mereka juga memanfaatkan buku koleksi lainnya dari rumah baca itu, seperti bacaan cerita anak-anak, buku pelajaran sekolah, pendidikan agama Islam sampai Bahasa Inggris. "Anak-anak datang ke rumah baca biasanya mulai pukul 11.00 WIB sampai 17.00 WIB, atau selepas pulang sekolah. Mereka kadang-kadang pulang dahulu ke rumah untuk makan dan salat, kemudian main lagi ke sini," katanya.
Tidak hanya membaca saja, mereka juga memanfaatkan fasilitas lainnya seperti perosotan, papan panjat dinding, mandi bola dan ayun-ayunan. "Saya tidak menyangka juga rumah baca yang saya dirikan sejak 2014, bisa bermanfaat untuk pemulihan trauma bagi anak-anak pasca gempa," katanya.
Antara yang pernah mendatangi rumah baca itu, tempatnya representatif dengan bentuk bangunan yang unik dengan bahan baku semuanya dari bambu serta kayu untuk penyangga. Anak-anak itu bisa bebas membaca di lantai atasnya dengan dua jendela besar menghadap Bukit Pegasingan. Naik ke lantai atasnya itu ada tangga yang tepat di sampingnya terdapat kolam bola yang di tutupi oleh semacam jaring.
Awalnya saya mendirikan rumah baca ini tidak lain, bagaimana anak-anak Sembalun Lawang itu bisa belajar sambil bermain tapi tetap aman, katanya.
"Setelah gempa, respons orang tua atas keberadaan rumah baca ini semakin bagus setidaknya bisa memulihkan trauma anak-anaknya," katanya.
Kendati demikian, Rosyidin mengeluhkan minimnya perhatian dari pemerintah daerah setempat akan keberadaan rumah baca itu. "Kami tidak mementingkan bantuan dana, tapi paling utama adalah support dari pemerintah setempat. Sampai sekarang belum ada juga," katanya.
Dia juga membuka lebar jika ada yang ingin menyumbangkan buku-buku untuk taman bacaan itu, yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh anak-anak terdampak gempa. "Kalau ada yang mau menyumbang, kami membuka pintu lebar-lebar," katanya. *
Baca juga: DP3A Mataram mulai laksanakan pemulihan trauma pascagempa
Baca juga: Pengungsi gempa Lombok masih kesulitan air bersih
Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018