Ketua API Prijandaru Effendi mengatakan bahwa dalam acara tahunan yang digelar dari tanggal 6-8 September 2018 ini pihaknya bersama pemerintah mencoba mengupdate informasi terbaru seputar pengembangan energi panas bumi di Indonesia.
"Seperti Sorik Marapi itu sudah berhasil mengembangkan produk sistem well head power plant, jadi cashflow-nya lebih cepat karena produksi lebih cepat, kata Prijandaru di lokasi acara, Kamis.
Kemudian mereka juga mengupdate aturan-aturan baru yang diterapkan pemerintah, seperti misalnya yang terkait dengan proses tender, proses penugasan, dan yang tak kalah penting yakni terkait pendanaan proyek-proyek eksplorasi panas bumi.
"Ada terobosan dari pendanaan, jadi sekarang SMI (PT Sarana Multi Infrastruktur) sudah mulai coba menggulirkan untuk government drilling, lalu dengan PT Geo Dipa Energy untuk bisa memulai kegiatan eksplorasi," ujarnya.
Ditempat yang sama Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Ida Nuryatin menyampaikan bahwa lewat acara ini memang diharapkan setiap tahun akan ada terobosan baru dalam pengembangan energi panas bumi, agar potensinya bisa segera dimaksimalkan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang.
Dia pun mengingatkan, bahwa di dalam kebijakan energi nasional telah ditargetkan pada tahun 2025 yang akan datang harus tersedia sebesar 7200 MW dari panas bumi. Namun hingga saat ini baru sebesar 1948 MW yang berhasil direalisasikan.
"Kalau dari RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) yang dievaluasi setiap tahun, memang tahun 2025 nanti enggak sampai 7200 MW totalnya. Mungkin ada selisih sekitar 600 MW ya. Jadi mungkin sekitar 6400 MW yang bisa dikembangkan sampai tahun 2025," tutur Ida.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018