Ada banyak bukti bahwa senjata kimia tengah dipersiapkan
Washington (ANTARA News) - Ada "banyak bukti" yang menunjukkan bahwa pasukan pemerintah Suriah tengah menyiapkan senjata kimia di Provinsi Idlib -- wilayah besar terakhir yang masih dikuasai gerilyawan, kata seorang pejabat senior Amerika Serikat pada Kamis.
"Saya sangat yakin bahwa kami punya dasar yang kuat untuk menyampaikan peringatan ini," kata Jim Jeffrey, yang pada 17 Agustus lalu ditunjuk sebagai penasihan khusus Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat untuk urusan Suriah.
"Kami keberatan terhadap semua bentuk serangan militer karena hanya akan menyebabkan eskalasi," kata Jeffrey kepada sejumlah wartawan sebagaimana dikutip Reuters.
"Ada banyak bukti bahwa senjata kimia tengah dipersiapkan," kata dia.
Sebelumnya Gedung Putih sudah menegaskan bahwa pihaknya akan menggelar serangan balasan jika pasukan pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia saat berupaya membebaskan Idlib dari gerilyawan.
Jeffrey mengatakan bahwa serangan oleh pasukan Suriah dan Rusia, serta penggunaan senjata kimia, akan menimbulkan gelombang besar pengungsian ke wilayah selatan Turki.
Saat ini Presiden Suriah Bashar al Assad telah mengerahkan pasukannya di sekitar Idlib, sementara pesawat tempur Rusia mulai menggelar serangan ke kantung-kantung gerilyawan di sana.
Nasib para gerilyawan di Idlib kini bergantung pada hasil perundingan yang digelar pada Jumat ini di Tehran, antara pemimpin negara pendukung Assad -- Rusia dan Iran -- dengan pemimpin negara pendukung gerilyawan, Turki.
"Kita akan tahu esok hari apakah Rusia siap berkompromi dengan Turki," kata Jeffrey.
Dengan dukungan kekuatan udara Rusia, rezim Assad dalam beberapa tahun terakhir berhasil merebut kembali satu demi satu wilayah Suriah dari tangan gerilyawan. Idlib kini menjadi satu-satunya area besar yang masih dikuasai oleh kelompok oposisi.
Jeffrey menyebut situasi di Idlib "sangat berbahaya" dan mengatakan bahwa Turki tengah berupaya mencegah serangan besar-besaran dari pemerintah Suriah.
"Kisah tentang Idlib belum berakhir. Turki tengah berupaya mengubah sejarah," kata dia.
Penerjemah: Antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018