Kegiatan Conference and Exhibition on Indonesian Palm Oil (CEIPO) 2018 tersebut terdiri dari seminar dan pameran di sektor minyak sawit yang diselenggarakan secara bersamaan pada Jumat (7/9), sebut keterangan tertulis KJRI Karachi yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Hadir sebagai pembicara adalah Duta Besar RI untuk Republik Islam Pakistan, Iwan Suyudhie Amri; Konsul Jenderal RI Karachi, Totok Prianamto; Direktur Eksekutif Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Dono Boestami; Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono; Puspo Edi Giriwono, PhD dari Institut Pertanian Bogor (IPB), serta beberapa pembicara dari kalangan swasta Pakistan.
Lebih dari 150 orang pelaku bisnis minyak kelapa sawit dan makanan di Pakistan menghadiri kegiatan tersebut. Dari Indonesia, turut berpartisipasi sebanyak 18 orang pejabat dan anggota dari KBRI Islamabad, GAPKI, Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin), BPDPKS, serta PT Pelabuhan Indonesia.
Pada sesi seminar, para pembicara dan peserta menyadari bahwa minyak kelapa sawit adalah komoditas yang paling penting dalam perdagangan antara Indonesia dan Pakistan.
Pada tahun 2017, sekitar 63 persen dari nilai perdagangan antara Indonesia dan Pakistan merupakan perdagangan minyak sawit. Indonesia memenuhi 80 persen dari kebutuhan minyak sawit Pakistan.
Namun begitu, disadari bahwa kedua negara sudah harus "act beyond trade" untuk produk sawit. Keduanya harus mencari peluang-peluang baru untuk investasi, joint venture serta kerja sama-kerja sama bilateral di bidang sawit.
Bersama dengan mitra lokal, Indonesia dapat membangun terminal sawit di pelabuhan, penyimpanan hingga penyulingan (refinery). Dengan investasi dan kerja sama tersebut, bukan tidak mungkin bahwa Pakistan dapat menjadi hub sawit Indonesia ke pasar Asia Selatan dan Tengah.
Sementara itu, para pembicara dari Pakistan menekankan bahwa dengan jumlah penduduk yang hampir mencapai 210 juta orang dan dengan meningkatnya jumlah kelas menengah, pasar di Pakistan sangat besar dan perlu terus dikembangkan.
Pembicara dari Sindh Board of Investment (SBI) juga menjelaskan mengenai zona ekonomi khusus dan insentif untuk berinvestasi di Provinsi Sindh kepada pengusaha Indonesia dan Pakistan.
Sebagai informasi, di provinsi tersebut terdapat dua pelabuhan utama, yakni Pelabuhan Karachi dan Bin Qasim, di mana 98 persen produk sawit Indonesia diproses.
Selain itu, Pakistan juga memiliki pelabuhan Gwadar yang baru dikembangkan dan memiliki zona ekonomi khusus yang potensial.
Tidak hanya seminar, pada kegiatan tersebut juga menghadirkan pameran produk minyak kelapa sawit Indonesia dan Pakistan.
Sawit Indonesia (gabungan dari partisipasi Gapki, BPDPKS dan Apolin), Apical Pakistan, Waheed Group, Sharjah Cooking Oil dan Dalda Foods dari Pakistan, juga berpartisipasi dan memamerkan produk mereka kepada para pengunjung.
Baca juga: Indonesia kirim delegasi sawit perkuat ekspor ke Pakistan
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018