• Beranda
  • Berita
  • Kurs dolar stabil di tengah kemungkinan eskalasi perang dagang AS-Cina

Kurs dolar stabil di tengah kemungkinan eskalasi perang dagang AS-Cina

10 September 2018 10:10 WIB
Kurs dolar stabil di tengah kemungkinan eskalasi perang dagang AS-Cina
Pecahan dolar AS (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

"Jika ada tanda-tanda ekonomi AS akhirnya terpukul oleh gerakan proteksionisnya sendiri, maka saya pikir itulah awal dari penghindaran risiko sepenuhnya"

Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar Amerika Serikat sebagian besar bertahan stabil terhadap sekeranjang mata uang utama pada perdagangan Senin, berkat data pekerjaan di negeri itu yang kuat untuk Agustus dan di tengah kekhawatiran kemungkinan eskalasi dalam konflik perdagangan AS-China.

Presiden AS Donald Trump memperingatkan pada Jumat (7/9) bahwa dia siap untuk menerapkan tarif pada hampir semua impor dari China ke Amerika Serikat, mengancam tarif tambahan terhadap 267 miliar dolar AS barang-barang, di samping 200 miliar dolar AS yang sudah menghadapi risiko tarif.

"Jika ada tanda-tanda ekonomi AS akhirnya terpukul oleh gerakan proteksionisnya sendiri, maka saya pikir itulah awal dari penghindaran risiko sepenuhnya," kata Masafumi Yamamoto, kepala ahli strategi mata uang di Mizuho Securities, seperti dikutip dari Reuters.

"Ini setidaknya akan menyebabkan melemahnya dolar terhadap yen," kata Yamamoto. Dia memperingatkan pasar belum sepenuhnya memperhitungkan dampak tarif AS pada hampir semua produk impor dari China.

Investor sedang menunggu salvo baru yang akan ditembakkan dalam perang perdagangan China-AS setelah periode komentar publik untuk
mengusulkan tarif AS pada daftar impor dari China senilai 200 miliar dolar AS, yang termasuk beberapa produk konsumen, berakhir akhir lalu.

Dolar pada Senin melemah terhadap mata uang safe haven yen Jepang dan franc Swiss, masing-masing diperdagangkan di 110,94 yen dan 0,9693 dolar.

Yen menguat karena revisi produk domestik bruto untuk April-Juni menunjukkan Jepang mencatat tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 3,0 persen, jauh lebih cepat dari perkiraan awal pertumbuhan 1,9 persen bulan lalu.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang, pada dasarnya datar di 95,381, tidak jauh dari tertinggi tiga minggu di 95,737 yang tercapai pada Selasa (4/9) minggu lalu.

Indeks menguat lebih dari 0,3 persen pada Jumat (7/9) setelah data menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS meningkat pada Agustus dan upah
mencatat keuntungan tahunan terbesar mereka dalam lebih dari sembilan tahun.

Data yang kuat semakin mendukung prospek kenaikan suku bunga lebih cepat oleh Federal Reserve AS, meningkatkan permintaan untuk
dolar.

The Fed diyakini akan menaikkan suku untuk ketiga kalinya tahun ini pada akhir September.

Euro diperdagangkan 0,07 persen lebih tinggi pada 1,1557 dolar, mengupas beberapa kerugian setelah jatuh lebih dari satu persen selama sesi sebelumnya setelah data pekerjaan AS.

Mata uang crown Swedia diperdagangkan sekitar 0,1 persen lebih lemah terhadap euro dan dolar, karena Swedia menghadapi sebuah parlemen yang menggantung menyusul tidak adanya pemenang mayoritas pada pemilihan umum Minggu (9/9).

Dolar Australia diperdagangkan 0,06 persen lebih tinggi pada 0,7110 dolar, turun dari terendah dalam lebih dari 2,5 tahun di 0,7097 dolar yang tersentuh dalam perdagangan awal, karena berlanjutnya ketegangan perdagangan terus membebani mata uang terkait komoditas.

Yuan China menguat 0,1 persen menjadi 6,867 per dolar. Yuan melemah lebih dari 0,3 persen selama sesi perdagangan sebelumnya di tengah kekhawatiran kemungkinan eskalasi konflik perdagangan China-AS.

Baca juga: Ketidakpastian perang dagang picu IHSG melemah

Baca juga: Senin pagi, kurs rupiah melemah tipis jadi Rp14.828


Baca juga: Dolar AS menguat didukung ekspektasi kenaikan suku bunga FED

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018