"Masih ada potensi ancaman di tahun politik 2019, terutama potensi terbelahnya masyarakat pada saat menjelang dan pasca Pilpres 2019," kata Bondan, di Jakarta, Rabu. Saat ini, lanjut dia, masyarakat sudah terpolarisasi atau terbagi dua kelompok sebagai pendukung dua pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden, yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Sekarang sudah polarisasi cuma dua calon presiden, itu sangat mungkin terpolarisasi," tuturnya.
Dengan adanya terpolarisasi ini, maka sangat rawan ditunggangi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Kita harus waspada jangan sampai itu ditunggangi," tutur Bondan.
Sementara itu, Deputi V bidang Politik, Hukum, Keamanan dan Hak Asasi Manusia Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, Jaleswari Pramodhawardani menilai, saat ini kemajuan teknologi informasi membuat media sosial sudah melebihi kemampuan dari media massa.
Menurut dia, kekuatan media sosial pun sudah dijadikan rujukan masyarakat dalam mencari informasi, baik itu informasi hoaks atau pun informasi yang benar.
"Dengan kondisi seperti itu, maka kekuatan media sosial menjadi ancaman multidimensional," katanya.
Jaleswari menambahkan, ancaman kini tidak hanya invasi militer, namun ancaman juga bentuknya melalui ekonomi, sosial, hukum, budaya dan lain-lain.
"Tidak berwujud di satu sektor saja, tapi sudah multidimensional," katanya.
Oleh karena itu, menghadapi fenomena itu, maka kualitas sumber daya manusia menjadi kunci penentu bagi suatu negara dalam turut serta mempertahankan kedaulatan negara di semua aspek kehidupannya, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.
"Sumber daya manusia tersebut, tidak hanya memiliki kemampuan penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki kesadaran bela negara," katanya.
Bela negara adalah sebuah nilai kesadaran yang diaktualisasikan melalui sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 guna menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018