"Jika tidak, pluralisme akan terus terancam dan merosot," kata dia, saat menjadi pembicara dalam diskusi "World Economic Forum on ASEAN" di Hanoi, Vietnam, Rabu (12/9).
Dalam diskusi bertema "ASEAN Pluralism: Under Threat" itu, dalam siaran persnya, di Jakarta, Kamis, dia menyatakan, Indonesia adalah negeri yang sangat beragam dengan masyarakat hidup dalam harmoni.
Namun, tahun lalu Indonesia menyaksikan mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipenjara karena delik penodaan agama. "Apa yang terjadi? Apakah toleransi hilang di masyarakat Indonesia? Apakah ada pergeseran di masyarakat" kata dia.
Ia kemudian mengutip survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Salah satu pertanyaan ke para responden: kelompok mana yang paling tidak mereka sukai.
Tiga jawaban terbanyak; LGBT, ISIS, dan komunis. Ketidaksukaan pada etnis Tionghoa dan penganut agama Kristen sangat rendah. Survei dilakukan pada akhir 2016. Data ini konsisten selama 15 tahun terakhir.
Dalam pandangan dia, hal yang terjadi pada Ahok tidak terkait dengan kebencian etnik, namun yang terjadi adalah rekayasa untuk kepentingan politik.
Ia mengatakan telah terjadi eksploitasi isu keagamaan dan etnik untuk kepentingan politik tertentu. "Jelas ada ancaman pada toleransi dan keberagaman di ASEAN. Cara untuk menangkalnya adalah membangun kekuatan politik atau menyokong kaum moderat," ujarnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018