• Beranda
  • Berita
  • Peneliti: pencegahan kekerasan terhadap perempuan dimulai dari keluarga

Peneliti: pencegahan kekerasan terhadap perempuan dimulai dari keluarga

13 September 2018 17:56 WIB
Peneliti: pencegahan kekerasan terhadap perempuan dimulai dari keluarga
Direktur Pusat Penelitian Sosial India, Ranjana Kumari, saat memberi paparan mengenai pencegahan kekerasan kepada perempuan dalam diskusi panel rangkaian acara Sidang Umum Dewan Perempuan Internasional dan Temu Nasional 1.000 Organisasi Perempuan Indonesia di Yogyakarta, pada Kamis (13/9/2018). (Bayu Prasetyo)
 Yogyakarta (ANTARA News) - Direktur Pusat Penelitian Sosial India Dr Ranjana Kumari mengatakan, promosi untuk pencegahan dan mengurangi angka tindak kekerasan  terhadap perempuan harus dilakukan dari lingkungan keluarga di rumah.
    "Yang harus kita mulai lebih dulu untuk mencegah kekerasan adalah membawanya ke rumah, mempromosikan kepada anggota keluarga mengenai pencegahan kekerasan terhadap anak dan perempuan," kata Ranjana dalam paparannya saat diskusi panel rangkaian Temu Nasional 1.000 Organisasi Perempuan Indonesia dan Sidang Umum Dewan Perempuan Internasional di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Kamis.
    Menurut Ranjana, perempuan dewasa dan remaja putri di rumah juga harus mengetahui hak-hak yang dimilikinya.
    Pendidikan dan pelajaran di sekolah juga menjadi salah satu upaya untuk mempromosikan pencegahan kekerasan kepada perempuan dan anak-anak.
    Ranjana menjelaskan guru di sekolah harus mengajarkan kepada para murid bahwa lelaki dan perempuan memiliki hak yang setara.
    Ranjana mengajak seluruh masyarakat untuk tanggap dan tidak memberikan toleransi terhadap kekerasan kepada perempuan maupun anak-anak dengan melakukan pencegahan bersama-sama.
    "Untuk menghentikan kekerasan baik secara fisik maupun psikis kepada perempuan, kita harus melakukan pendekatan secara holistik mulai dari tingkat keluarga hingga di lembaga pendidikan," ujar Ranjana.
    Sementara itu, Wakil Pemred Metro TV Kania Sutisnawinata memaparkan media juga memiliki peran dalam mempromosikan kesetaraan gender.
    Media memiliki peran besar membentuk pembangunan di masyarakat dan juga berperan menyuarakan kesetaraan hak perempuan.
    "Karena itulah media harus bertanggung jawab tidak hanya memberitakan apa yang terjadi di masyarakat, namun juga mendukung sensitifitas gender dalam pemberitaan masing-masing," ujar Kania.
    Selain Ranjana dan Kania, dua pembicara lain dalam diskusi panel itu adalah Perwakilan ICW untuk PBB Dr Mohinder Watson, Ketua LSM Komisi Vienna sekaligus anggota NCW USA Dr Sorosh Roshan.
    Indonesia menjadi tuan rumah Sidang Umum ICW Ke-35 yang diselenggarakan oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Kementerian BUMN dan didukung oleh 35 BUMN.
    Acara ICW bersamaan dengan Temu Nasional 1.000 Organisasi Perempuan Indonesia di Grand Inna Malioboro, Yogyakarta sejak 13-18 September 2018.
    Dalam rangkaian acara itu dilakukan diskusi panel dan workshop membahas kesetaraan gender, perlindungan hak-hak perempuan, promosi kesetaraan hak, penentangan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta pemberdayaan perempuan untuk berperan dalam ekonomi kemasyarakatan. 



  

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2018