Pekanbaru, (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau mengevakuasi anak gajah sumatera liar bernama Intan karena kondisinya memburuk akibat jerat babi di area konsesi hutan tanaman industri PT Riau Andalan Pulp and Paper wilayah Mandau, Kabupaten Siak.Selanjutnya akan dilakukan pengobatan lanjutan dan perawatan intensif terhadap anak gajah yang diberi nama Intan di PLG Riau di Minas untuk memulihkan kesehatannya.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono di Pekanbaru, Jumat, mengatakan anak gajah berkelamin betina itu, terluka di kaki kanan karena jerat sling baja yang dipasang untuk menangkap babi hutan.
Pemasangan jerat sling baja, katanya, berbahaya dan sudah dilarang oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, karena hewan sebesar apapun sulit untuk melepaskan diri karena sifat jerat yang makin erat ketika satwa meronta-ronta.
Ia mengatakan proses evakuasi gajah yang dilakukan Tim Rescue BBKSDA yang dibantu oleh PT RAPP berjalan lancar pada Kamis (13/9). Anak gajah yang kemudian diberi nama "Intan" itu, kini sudah berada di Pusat Latihan Gajah Riau di Minas, Kabupaten Siak.
"Saya menyampaikan apresiasi terhadap tim yang telah bekerja keras dengan hasil maksimal, serta mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran evakuasi anak gajah ini," kata Suharyono.
Kasus anak gajah terjerat itu bermula dari laporan masyarakat pada 23 Agustus 2018, melalui call center Balai Besar KSDA Riau bahwa ada seekor anak gajah liar yang terperangkap dalam jeratan babi hutan dalam areal konsesi HTI PT RAPP wilayah Mandau, Kabupaten Siak.
Pada hari itu juga, Kepala Balai Besar KSDA Riau memerintahkan tim penyelamat untuk turun menanganinya. Terhasil melepaskan jeratan serta melakukan pengobatan pada kaki kanan anak gajah yang terluka tersebut. Gajah tersebut diperkirakan berusia empat tahun.
Setelah pengobatan, anak gajah dilepaskan kembali di lokasi semula dengan harapan dapat bergabung dengan kelompoknya. Namun, selama dua minggu pengamatan, anak gajah tersebut hanya berputar-putar di lokasi semula, sedangkan kelompoknya telah berada di lokasi lain yang berjarak sekitar 57 kilometer.
"Berdasarkan laporan petugas yang mengamati keberadaan anak gajah, terdapat kecenderungan berat badan satwa makin menurun serta diare yang terlihat dari kotorannya, sehingga dikhawatirkan anak gajah akan semakin memburuk kondisinya," katanya.
Oleh karena kondisi tersebut, katanya, diputuskan anak gajah harus segera dievakuasi dan dibawa ke PLG Riau di Minas untuk pengobatan dan perawatan lebih lanjut.
Tim evakuasi dan pengobatan yang dikoordinir Kepala Bidang Wilayah II, Heru Sutmantoro, dengan didampingi drh. Rini Deswita, drh. Danang dan dibantu seorang dokter hewan dari Yayasan Asyari, drh. Dita, serta beberapa perawat satwa, mahout, PEH, polhut dan personel RAPP, dengan menggunakan satu gajah binaan bernama "Indah" segera melakukan penggiringan.
Tepat pukul 17.00 WIB pada Kamis (13/9), anak gajah telah naik di atas truk. Evakuasi berjalan lancar dan tiba di Pusat Latihan Gajah Riau di Minas pada pukul 21.00 WIB.
"Selanjutnya akan dilakukan pengobatan lanjutan dan perawatan intensif terhadap anak gajah yang diberi nama Intan di PLG Riau di Minas untuk memulihkan kesehatannya," kata Suharyono.*
Baca juga: Ini penyebab kematian gajah-gajah di Aceh
Baca juga: Suami korban serangan gajah juga meninggal dunia
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018