"ART dibekali teknologi canggih, tracknya ada garis yang dibaca sensor. Jadi tidak perlu menggunakan rel konvensional besi, sehingga jauh lebih murah, dan bisa dikerjakan secara cepat," kata Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro di Bandung, Jumat.
Ia menjelaskan, dalam beroperasi setiap kali berhenti kereta ini menaikkan dan menurunkan penumpang, men-charge (mengisi baterai) selama 10 menit untuk sepanjang 25 kilometer.
Menurutnya, realisasi pembangunan kereta tersebut masih dalam tahap kajian antara PT KAI dan Pemkot Bandung. Rencananya, ART akan digunakan di jalur-jalur padat dengan ukuran badan jalan yang besar, seperti Jalan Soekarno Hatta dan Jalan Asia Afrika.
Edi menjelaskan, ART tidak seperti kereta biasa yang memiliki gerbong penariknya. Setiap unit gerbong merupakan kereta penarik yang berdiri sendiri dengan sumber tenaga penggerak dari rangkaian baterai.
"Setiap satu wagon (gerbong) itu mampu mengangkut 100 orang. Saat ini kita mengacu ke China teknologinya," kata dia.
Kereta ini sudah dikembangkan di Tiongkok dan digunakan pada kereta tanpa kabel listrik dan rel.
Sistem transportasi ini sudah melakukan uji cobanya di jalan raya daerah Zhuzhou di Provinsi Hunan.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018