• Beranda
  • Berita
  • Iran: Twitter tutup alamat sah tapi biarkan pembenci pemerintah

Iran: Twitter tutup alamat sah tapi biarkan pembenci pemerintah

17 September 2018 17:28 WIB
Iran: Twitter tutup alamat sah tapi biarkan pembenci pemerintah
Spanduk dengan logo Twitter dipasang di depan gedung Bursa Sahan New York jelang penawaran umum perdana (IPO) di New York, Kamis (7/11). Twitter Inc dapat diperdagangkan dengan mudah di hari perdananya, menurut analis, tetapi mereka antusias setelah perusahaan media sosial yang sedang merugi memberi harga sahamnya diatas harga yang diperkirakan. Jaringan mikroblogging tersebut memberi harga awal saham sebesar 26 dolar AS, diatas harga perkiraan berkisar 23-25 dolar AS. Nilai IPO Twitter berada pada 14,1 milyar dolar AS dengan potensi dapat mencapai angka 14,4 milyar dolar AS jika penjamin mendapat opsi penjatahan lebih. (REUTERS/Lucas Jackson)
Dubai (ANTARA News) -  Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Minggu menuduh Twitter menutup akun warga-warga asli Iran, tapi membiarkan para pembenci, yang didukung Amerika Serikat.

Pada Agustus, Facebook Inc, Twitter Inc dan Alphabet Inc secara bersama menghapus ratusan alamat terkait dugaan gerakan propaganda Iran.

"Halo @Jack. Twitter menutup akun orang asli Iran, (termasuk) para penyiar TV & mahasiswa, untuk konon menjadi bagian dari `gerakan pengaruh`," kata Zarif di Twitter, kepada CEO Twitter Jack Dorsey.

"Bagaimana kalau melihat `bot` sebenarnya di (ibukota Albania) dari) Tirana digunakan untuk menopang propaganda `perubahan rezim`, yang dimuntahkan dari (Washington) DC? #YouAreBots," kata Zarif.

Twitter menolak menanggapi ketika dihubungi Reuters di Amerika Serikat.

Media Iran menuduh Israel, Arab Saudi, dan kelompok oposisi di pengasingan, termasuk Mujahidin Khalq, yang memiliki beberapa anggota di Albania, berada di belakang gerakan medan gaul dengan menyerukan penggulingan pemerintah.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada bulan ini menuduh Amerika Serikat dan Israel melancarkan perang media guna menakut-nakuti orang Iran, pada saat negara itu menghadapi kesulitan ekonomi setelah negara adidaya itu mengenakan kembali hukuman.

Editor: Boyke Soekapdjo/Tia Mutiasari

Pewarta: Antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018