Menurut dia di Banjarmasin, Senin, target imunisasi MR bagi anak-anak di Banjarmasin sebanyak 176 ribu orang, namun dalam perjalanannya sejak dicanangkannya pada Agustus lalu, hingga kini baru sekitar 27 persen yang terealisasi.
"Mestinya target imunisasi campak dan Rubella ini pada akhir September ini sekitar 90 persen, tapi tidak bisa dipungkiri ini menjadi berat," akunya.
Anis mengakui, Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang vaksin MR ini cukup membuat masyarakat ragu untuk mengimunisasi anaknya, meskipun sudah ditetapkan halal, namun karena disebutkan bahannya terbuat dari barang yang diharamkan dalam agama Islam, menjadi cukup besar pengaruhnya.
"Namun bagaimana pun kita akan terus berupaya mensosialisasikan kepada masyarakat akan manfaatnya yang besar bagi anak yang diimunisasi MR ini, sehingga masyarakat benar-benar paham," tutur Anis.
Dia mengakui, hingga kini memang belum ditemukan adanya kasus warga Banjarmasin yang terindikasi mengidap virus MR ini. "Memang belum ada, tapi bukan berarti kita tidak waspada, sebab imunisasi ini untuk mencegah dari penyakit yang mengkhawatirkan tersebut," ujarnya.
Dia mengungkapkan, bahwa program imunisasi MR ini tidak hanya berhenti pada September 2018, namun akan diperpanjang agar semua anak bisa ter-cover imunisasi secara gratis.
Imunisasi MR ini untuk memberikan kekebalan terhadap anak-anak dari terpapar virus MR yang bisa menular lewat udara, bahkan jika tertular bagi ibu hamil akan bisa menyebabkan keguguran, hingga cacat bagi anak yang dilahirkannya.
Baca juga: MUI: komposisi vaksin MR tak gunakan bahan dari babi
Baca juga: Campak-rubella serang 200 anak di Kepulauan Riau
Baca juga: 100 anak Riau cacat akibat sindrom rubella
Pewarta: Sukarli
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018