Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar (kurs) rupiah, Rabu pagi, kembali melemah, tertekan penguatan dolar menyusul kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS)."Setidaknya tidak menambah sentimen negatif yang beredar di pasar keuangan"
Pada transaksi antar antarbank di Jakarta, kurs rupiah melemah sebesar 20 poin menjadi Rp14.895 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.875 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa dolar AS kembali menguat setelah imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Amerika Serikat menembus ke tingkat tiga persen.
"Hal itu menambah katalis positif untuk dolar AS di tengah eskalasi perang dagang Amerika Serikat Tiongkok," katanya.
Ia menambahkan sentimen mengenai perang dagang masih membuat sejumlah mata uang negara berkembang, termasuk rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS.
"Setelah AS memberlakukan tarif impor untuk barang Tiongkok senilai 200 miliar dolar AS, Tiongkok pun membalas dengan memberlakukan tarif impor juga untuk barang AS senilai 60 miliar dolar AS," paparnya.
Perang dagang itu, lanjut dia, kemungkinan akan terus berlanjut menyusul munculnya pernyataan Presiden AS Donald trump untuk segera mengusulkan pengenaan tarif fase ketiga jika Tiongkok melakukan pembalasan.
Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada mengharapkan pemerintah dapat mengendalikan defisit neraca berjalan sehingga dapat menahan sentimen negatif eksternal.
"Setidaknya tidak menambah sentimen negatif yang beredar di pasar keuangan," katanya.
Baca juga: Kurs rupiah kembali dekati Rp14.900
Baca juga: Rupiah Selasa sore menguat jadi Rp14.867
Baca juga: OPEC beri sinyal tak naikkan produksi, harga minyak naik satu persen
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018