• Beranda
  • Berita
  • Menhub tertegun mayoritas korban kecelakaan anak SMP-SMA

Menhub tertegun mayoritas korban kecelakaan anak SMP-SMA

19 September 2018 14:35 WIB
Menhub tertegun mayoritas korban kecelakaan anak SMP-SMA
Ilustrasi: Petugas mengamankan barang bukti sepeda motor yang dikendarai pelajar saat razia terhadap pelajar dan anak di bawah umur yang mengendarai sepeda motor di Blitar, Jawa Timur, (30/1/2018). Razia dilakukan selain untuk mengurangi angka pelanggaran lalu lintas, juga bertujuan untuk menekan angka kecelakaan provinsi itu yang mencapai 24.197 kejadian pada 2017 lalu. (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)

"Nyawa itu enggak ada cadangannya..."

Pekanbaru (ANTARA News) - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi tertegun mengetahui data korban kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan bermotor roda dua, sebagian besar adalah anak SMP dan SMA.

"Yang buat kita tertegun, mayoritas 80 persen adalah kelompok usia remaja, anak SMP-SMA," katanya di Pekanbaru, Riau, Rabu, pada kampanye Keselamatan sebagai Budaya Bertransportasi.

Ia mengatakan kecelakaan berkendara atau lalu lintas merupakan penyebab kematian terbanyak kedua di dunia setelah penyakit stroke.

ia menyebutkan kecelakaan lalu lintas tersebut sebagian besar atau  72 persen di Indonesia melibatkan sepeda motor, dan mayoritas korban berasal dari kelompok anak remaja usia sekolah.

Oleh karena itu,  Budi mengimbau agar masyarakat atau anak muda menyadari pentingnya keselamatan berkendara dan menjadikan keselamatan sebagai budaya.

Dia menyebutkan data kecelakaan Indonesia sebanyak 103.287 kecelakaan, 30.569 meninggal dunia, 14.408 luka berat, dan 119.944 luka ringan.

"Nyawa itu enggak ada cadangannya, (kecelakaan) menyebabkan satu tahun ada jiwa yang melayang 30.000 orang," katanya.

Berdasarkan data, 90 persen kematian akibat kecelakaan lalu lintas terjadi di negara berpenghasilan rendah.

Sementara, korban meninggal terbesar akibat kecelakaan lalu lintas berusia antara 15-29 tahun .

"Menggunakan helm dengan benar dapat mengurangi 40 persen risiko kematian akibat kecelakaan," ujar Budi.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat agar menurunkan kecepatan lima persen agar dapat mengurangi 30 persen kecelakaan fatal.

Baca juga: Gabungan lima komunitas gelar aksi simpatik pakai helm

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018