Karena banyak warga yang antre untuk mendapat nasi berkat, panitia Buka Luwur membagi antrean menjadi dua, satu untuk para lelaki, satu untuk kaum perempuan. Panitia juga memasang papan pengumuman berisi rute antrean untuk mendapatkan nasi berkat dari Buka Luwur Sunan Kudus.
Ngasipah ada di antara warga yang ikut mengantre untuk mendapatkan berkat. Warga Desa Sambung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, itu hampir setiap tahun menghadiri ritual Buka Luwur Sunan Kudus.
"Hampir setiap tahun saya ikut antre untuk mendapatkan nasi," kata Ngasipah, yang memakan sebagian nasi berkat untuk sarapan pagi, dan memberikan sebagian kepada tetangganya.
Sementara Kasminah sengaja datang dari tempat tinggalnya di Mojokerto, Jawa Timur, ke Kudus untuk mengikuti ritual Buka Luwur Sunan Kudus dan mendapat berkat nasi uyah asem atau nasi jangkrik goreng. Ia percaya mengikuti ritual serta berziarah ke Makam Sunan Kudus akan mendatangkan berkah.
Warga yang sudah mendapatkan nasi berkat memakannya bersama teman-temannya. Ada juga warga yang menyisakan sebagian nasi berkat untuk campuran makanan ayam atau ternak lain dengan harapan ternak mereka jadi tidak mudah terserang penyakit.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menjelaskan bahwa ada 29.032 bungkus berkat Buka Luwur yang dibagikan untuk masyarakat umum tahun ini. Selain itu ada 2.498 keranjang berkat untuk tamu undangan.
Berkat yang dibungkus dengan daun jati dan diikat dengan tali agel itu berisi nasi dan daging bumbu uyah asem.
Menurut Muhammad Nadjib, warga menyumbangkan uang, beras, kerbau, kambing, hingga bumbu masak untuk penyediaan berkat itu. Panitia tahun ini menerima sumbangan 11 kerbau, 84 kambing, dan 12.126 kilogram beras, yang 6.760 kilogram di antaranya dimasak untuk berkat.
Buka Luwur
Ritual Buka Luwur mencakup penggantian mori yang dipasang di Makam Sunan Kudus sejak satu tahun lalu dengan memasang 15.032 mori dan 110 meter gorden.
Tahun ini, menurut Muhammad Nadjib, 1.175 perewang dan 10.095 warga terlibat dalam pelaksanaan Buka Luwur.
Ia menjelaskan bahwa ritual peringatan wafatnya Sunan Kudus itu dinamai Buka Luwur, dan bukan khaul sebagaimana lazimnya di tempat lain, karena hingga saat ini belum diketahui pasti tanggal wafatnya Sunan Kudus.
Acara peringatan, ia mengatakan, merupakan momen untuk mengingat kembali sosok dan perjuangan Kanjeng Sunan Kudus, yang menyebarkan Islam dengan jalan damai lewat budaya.
Buka Luwur, ia melanjutkan, juga merupakan media refleksi untuk mengingatkan kembali pentingnya melestarikan ajaran Kanjeng Sunan Kudus, termasuk ajaran toleransinya.
Baca juga:
Ganjar apresiasi antusiasme masyarakat ikuti tradisi Buka Luwur
Ribuan warga perebutkan nasi jangkrik goreng
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018