Jakarta (ANTARA News) - Dalam upaya meningkatkan hasil pertanian, teknologi pintar menjadi pilihan tepat untuk digunakan. Bertepatan dengan Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September 2018 dan Pembukaan Expo 2 Abad Kabupaten Situbondo.Melalui sensor yang diciptakan oleh PT. MSMB informasi terkait kebutuhan lahan pertanian bisa diketahui oleh petani
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT) meluncurkan "Smart Farming 4.0" di Kabupaten Situbondo sekaligus penandatanganan MoU kerjasama antara Ditjen PDT dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo dan PT. Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB) di Pendopo Bupati Situbondo.
Dalam siaran pers yang diterima Antara Jakarta, Selasa, Dalam upaya meningkatkan hasil pertanian, hal tertepatan dengan Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September 2018 dan Pembukaan Expo 2 Abad Kabupaten Situbondo.
Sementara penandatanganan MoU tersebut terkait, dengan kegiatan percontohan penyediaan sensor tanah dan cuaca berbasis internet di bidang pertanian yang terintegrasi dengan Drone Sprayer dan Drone Surveillance dalam rangka meningkatkan produksi pertanian di Kabupaten Situbondo.
Rangkaian peluncuran Smart farming 4.0 ini diawali dengan diskusi Dirjen PDT dan Bupati Situbondo dengan para kelompok tani Desa Battal Kecamatan Panji tentang penggunaan teknologi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tani serta pemasaran produk pertanian melalui e-commerce. Dengan penerapan smart farming ini diharapkan akan meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Situbondo.
Selesai diskusi dengan para kelompok tani dilakukan penerbangan drone sprayer di areal persawahan yang disaksikan oleh Dirjen PDT, Bupati Situbondo, para kelompok tani dan warga Desa Battal Kecamatan Panji.
Konsep Smart Farming secara sederhana bisa diartikan sebagai precision agriculture atau bertani yang lebih tepat. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Dirjen PDT), Samsul Widodo dalam sambutannya.
“Jadi satu lahan tidak harus dipupuk semua, satu lahan tidak harus dikasih pestisida semua, atau bahkan satu lahan tidak harus dialiri air semuanya. Melalui sensor yang diciptakan oleh PT. MSMB informasi terkait kebutuhan lahan pertanian bisa diketahui oleh petani," ujar Samsul.
Selain untuk mengetahui informasi terkait dengan lahan, penggunaan teknologi dibidang pertanian juga bisa mendata terkait jenis tanaman, informasi waktu panen, dan lain sebagainya.
“Dengan teknologi kita bisa mengetahui berapa ribu pohon mangga yang ada di Situbondo, kondisinya seperti apa, kapan berbunga, kapan panen dan sebagainya, sehingga kita bisa prediksi dan itu akan memudahkan Dinas Pertanian untuk mengatur logistiknya dan dijual kemana,” jelas Samsul.
Penerapan teknologi di bidang pertanian menjadi salah satu solusi pertanian di Situbondo. Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto dalam sambutannya.
"Ini (Smart Farming) menjadi solusi untuk para petani kita. Dengan drone kita bisa memetakan lahan pertanian kita, kemudian yang bekerja adalah drone yang menggantikan peran manusia, dan drone ini bekerja sesuai dengan peta yang sudah dibuat," ujar Dadang.
Menurut Dadang, dirinya akan mendorong penerapan teknologi di bidang pertanian, khususnya di Kabupaten Situbondo karena menurutnya konsep pertanian masa depan akan mengarah pada pemanfaatan teknologi.
"Ini harus didorong terwujud di Situbondo, walaupun hari ini barangkali kita baru memulai tetapi kalau Pak Dirjen mengawal, kenapa kita tidak yakin dalam dekade satu tahun kedepan, akan ada perkembangan yang luar biasa di Situbondo di bidang pertanian," terang Dadang.
Launching Smart Farming 4.0 diharapkan bisa menjadi momentum bangkitnya pertanian Indonesia melalui pertanian berbasis teknologi.
Pewarta: Jaka Sugiyanta
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018